Page 678 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 678
Biografi Singkat Penulis
guru dan murid bukan hubungan yang bersifat doktrinal tetapi
sangat demokratis. Antara guru dan murid sama-sama menjadi
warga belajar yang setara, guru tidak merasa lebih mengerti
daripada muridnya. Tetapi murid tetap menaruh hormat dan
penghargaan kepada sang guru. Sistem among inilah yang
menjadi kebanggaan Taman Siswa. Salah satu kelebihan inilah
yang memposisikan Taman Siswa sebagai lembaga pendidikan
yang “tidak ikut-ikutan berebut murid, malahan menjadi
rebutan bagi calon-calon murid”.
Pilihan untuk bergabung dengan Taman Siswa dinilai te-
41
pat. Tauchid melihat bahwa Taman Siswa adalah lembaga
pendidikan yang dicap “liar”, suka menerima anak-anak yang
“tidak terang”. Menurut Tauchid cap sebagai sekolah liar yang
disematkan kepada Taman Siswa didasarkan pada beberapa
hal namun cap itu sekaligus menjadi ciri, corak, dan karakter
Taman Siswa yang membanggakan. Pertama, Taman Siswa
adalah tempat belajarnya orang-orang yang ingin belajar yang
umumnya sudah banyak umur. Kedua, orang-orang Taman
Siswa termasuk golongan orang yang “tidak laku”, tidak ter-
pakai oleh pemerintah. Bahkan Ki Hajar sendiri termasuk
orang yang “tidak laku” itu. Mungkin yang dimaksudkanya
42
dengan anak-anak yang “tidak terang” adalah anak-anak yang
41 Menurut Tauchid orang-orang yang masuk Taman Siswa macam-macam
sebabnya. Ada yang masuk karena patah hati, istilah umumnya “gebroken
hart”. Mereka ini ada beberapa jenis; (1) patah hati karena ditampik kekasih,
(2) patah hati karena tidak kesampaian maksudnya, tidak jelas maksudnya
apa, (3) sakit hati karena lamaranya ditampik kantor Gubernemen, (4) sakit
hati karena dilepas dari jabatanya, tetapi Taman Siswa terutama adalah
tempatnya orang-orang yang (5) hatinya sakit karena melihat kepincangan-
kepincangan yang terdapat dalam susunan masyarakat kolonial. Op cit .
hlm. 307.
42 Mochammad Tauchid, Renungan Taman Siswa…, Op cit. 308.
657