Page 186 - Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
P. 186

kapal) bertindak sebagai agen penyalur ataupun pemasaran  kopra/ beras.
             Menariknya, dalam empat – tiga dasawarsa terakhir, terjadi perubahan
             orientasi migran Bugis dalam mengembangkan usahanya. Hal ini bisa
             dilihat dari peran yang dimainkan orang Bugis dalam  boom coklat di
             Indonesia yang memanfaatkan jaringan informasi penanaman dan
             perdagangan coklat, sehingga mampu menangani sendiri seluruh tahapan
             pemasaran produk mereka.
                 Fenomena tersebut, tampaknya juga diperankan dengan sangat baik
             oleh migran Bugis dalam kegiatan usaha pertambakan udang di kawasan
             Delta Mahakam, hingga terjadinya  boom udang di tahun 1998. Mereka
             mampu memanfaatkan momentum melemahnya mata uang nasional
             atas US $, pasca krisis ekonomi yang melanda Asia pada 2007/2008
             dengan “memainkan” jaringan informal produksi pertambakan udang
             lokal dan perdagangan udang di tingkat internasional, sehingga usahanya
             berkembang dengan pesat, bahkan mampu bersaing dengan “pemain
             luar”. Itu berarti, keberhasilan ponggawa Bugis dalam kegiatan usaha
             pertambakan, juga tidak dapat dipisahkan dengan kemampuan mereka
             dalam mengelola komoditas yang diperdagangkan secara berkelanjutan,
             sekaligus kelihaian mereka dalam memperdagangkan komoditas
             berorintasi pada dinamika pasar dan menguntungkan
                 Pragmatisme dan opurtunisme orang Bugis tidak bisa dipisahkan
             dengan sistem hierarki yang mereka tradisikan, meskipun membedakan
             orang berdasarkan asal-usul keturunannya, pada saat yang sama, juga
             memberi peluang yang sama kepada orang-orang dari status yang
             sederajat. Walaupun garis batas antara orang-orang dari status berbeda
             terus dipertahankan, tetapi persaingan dikalangan orang-orang berstatus
             sederajat untuk memperoleh jabatan, pengaruh, maupun kekayaan tetap
             terbuka lebar. Jadi, persamaan hak dalam suatu sistem hierarki pada orang
             Bugis sekaligus merupakan bibit instabilitas, bahkan kadang-kadang
             merupakan benih konflik.









             Tercerabut Atau Terakumulasi                                 159
   181   182   183   184   185   186   187   188   189   190   191