Page 189 - Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
P. 189
akan semakin besar pula usaha untuk melakukan tindakan tersebut. Motif
pragmatis inilah yang sesungguhnya memicu berbagai benturan di antara
individu. Namun demikian, karena realitas keseharian hakikatnya adalah
terbagi dengan yang lain, maka manusia mengembangkan pengetahuan
untuk berbagi dengan yang lain. Manusia mengembangkan pengetahuan,
kesadaran dan pengalaman untuk berbagi dengan yang lain, melalui
proses transformasi dan sosialisasi. Melalui pengetahuan seperti itulah,
terjadi keteraturan dan keseimbangan dalam dinamika hubungan sosial,
melalui proses pelembagaan dan institusionalisasi sebagai tindakan
sehari-hari.
6.1.2 Booms Udang dan Krisis Ekologi
Udang menempati urutan pertama pada perolehan nilai ekspor
perikanan Indonesia tahun 1995, dengan nilai ekspor mencapai US$
1.137.540 atau dengan volume ekspor sebesar 110.070 ton. Dari total
volume dan nilai eskpor tersebut dalam bentuk udang beku volumenya
sebanyak 92,28 persen dengan nilai 95,89 persen dari total nilai ekspor
udang (Gappindo, 1996). Pasca krisis tahun 1998 – 2001, kontribusi
ekspor udang dalam perolehan devisa Indonesia tergolong cukup
besar, khususnya dari kelompok sektor non-migas, bahkan terbesar bila
dibandingkan dengan kelompok komoditas ekspor sektor pertanian,
seperti; kopi, teh, rempah-rempah, tembakau dan biji coklat. Dalam
kurun waktu tersebut, ekspor udang memberikan kontribusi sebesar
22,03-48,9 persen dari total ekspor kelompok pertanian (Tajerin dan
Muhammad, 2004).
Seperti ditunjukkan Gambar 6.3 volume dan nilai ekspor udang
beku dan segar dari Kalimantan Timur pun, terlihat meningkat dari
tahun ke tahun. Puncak kenaikan volume dan nilai ekspor udang beku
dan segar dari Kalimantan Timur terjadi booms udang akibat terjadinya
krisis moneter pada 1998/1999, ketika volume produksinya mencapai
10.080 Ton dengan nilai mencapai US $ 69.369.73. Meskipun mengalami
penurunan pada 1999, namun sejak 2001 volume maupun nilainya
cenderung mengalami peningkatan, puncaknya terjadi pada 2007, ketika
162 Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang