Page 192 - Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
P. 192

fantastik di kawasan Delta Mahakam, ternyata tidak sebanding dengan
             peningkatan volume produksinya yang cenderung mengalami stagnasi.
                 Pembukaan hutan mangrove secara besar-besaran untuk kegiatan
             pertambakan mencapai puncaknya ketika terjadi krisis ekonomi pada
             1997-1998, dipicu oleh tingginya nilai tukar US $ terhadap Rupiah
             sehingga terjadi “ boom udang”. Kondisi ini selanjutnya memicu terjadinya
             “ledakan penduduk” di kawasan Delta Mahakam oleh para  migran
             pendatang yang ingin mencoba peruntungan di sektor perikanan budidaya,
             dengan membuka hutan mangrove yang tersisa. Para migran tersebut
             tidak hanya berasal dari etnik Bugis dan Makassar dari Sulawesi, tapi
             juga etnik lain dari Sulawesi, serta berbagai etnik di pesisir pantai timur
             Kalimantan dan Pantura Jatim. Jika migran Bugis banyak dipekerjakan
             oleh para petambak ataupun ponggawa untuk menjaga empang-empang
             yang tidak lagi bisa mereka kelola sendiri karena luasnya tambak yang
             mereka miliki. Maka pendatang dari pesisir utara Jawa Timur sebagian
             besar menyediakan tenaga sebagai buruh tambak untuk membangun
             tambak-tambak baru ataupun memperbaiki konstruksi tambak secara
             tradisional. Para migran dari Jawa ini pada awalnya didatangkan oleh
             para ponggawa, karena upahnya lebih murah dan berpengalaman dibidang
             rekonstruksi tambak.





























             Tercerabut Atau Terakumulasi                                 165
   187   188   189   190   191   192   193   194   195   196   197