Page 62 - Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
P. 62
Pemukiman kecil juga mulai muncul di Tanjung
Adjoe pada 1940-an (wilayah desa Tani Baru)
Sungai Tiram adalah perkampungan tua yang dihuni
etnik Bugis di Kecamatan Muara Jawa, sedangkan
etnik Banjar dan Jawa baru bermukim di kawasan ini
setelah kemeredekaan.
Di awal abad-20 Handil 2 yang pada awalnya
bernama Teluk Ladang merupakan wilayah
pemukiman nelayan Bajo dan Bugis.
1946 – Kekacauan Setelah Perang Dunia II Muara Jawa, Muara
1950 akibat perang Pantuan dan Muara Badak menjadi lautan api.
dan revolusi Satu tahun setelah kemerdekaan masih sedikit
fisik populasi dan ponggawa masih belum beraktifitas di
Delta Mahakam.
Nelayan menjual hasil tangkapannya langsung ke
Samarinda dengan akses yang sulit dan hanya dapat
menggunakan perahu.
1951 – Krisis Seperti orang-orang Bugis lainnya yang berpindah
1965 ekonomi dan ke daerah lain pada periode yang sama, di Sumatra
pemberontakan bagian selatan, di pinggiran kota Samarinda
militer (disekitar Bukit Soeharto), serta di sekitar kota
Bontang. Mereka yang bermigrasi ke kawasan
Delta Mahakam memiliki alasan sama, yaitu
menyelamatkan diri dari kekacauan ekonomi dan
militer akibat pemberontakan Kahar Muzakkar serta
mentaati nasehat yang diterima dari sanak saudara
atau teman-teman yang memberitakan adanya lokasi
lain dimana kawasan hutannya bisa diubah menjadi
lahan pertanian/perkebunan yang menguntungkan.
Masuknya migran baru dari Sulawesi (yang berlatar
etnik dan daerah asal yang beragam) masih belum
menimbulkan persaingan dalam penguasaan
sumberdaya. Kedatangan para migran baru tersebut,
bahkan dianggap sebagai berkah, karena diharapkan
mampu “mendorong” peningkatan perekonomian
kawasan.
Aktifitas ekonomi utama masyarakat sebagian besar
masih sebagai nelayan tangkap dan hanya sebagian
kecil kawasan mangrove yang dialih fungsikan untuk
kegiatan perkebunan kelapa dan pertanian. Sumber-
sumber mata air (payau) masih bisa dikonsumsi.
Merajut Serpihan Sejarah Agraria Lokal 35