Page 311 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 311

Keistimewan Yogyakarta
            putra sulungnya yang bernama GPH Suryoputro telah wafat.
            Putra kedua yaitu GPH Suryaningrat  terganggu ingatannya
            karena terlalu mendalami soal mistik. Putra yang ketiga GPH
            Nataningprang mendampinginya dalam memegang tampuk
            pemerintahan dan merupakan tulang punggungnya. Namun
            putra ketiga ini mendahului meninggal dunia pada 1857.
            Dengan demikian putra terakhirnya, GPH Sasraningrat, yang
            menggantikan membantu tampuk pemerintahan sekaligus pe-
            waris tahta berikutnya. Akhirnya KGPA Paku Alam II mangkat
            pada 23 Juli 1858 setelah bertahta sekitar 30 tahun. Raja ke-2
            Paku Alaman ini dimakamkan di Kota Gede Yogyakarta.

                PA III: GPH Sasraningrat, lahir pada 20 Desember 1827
            dari Permaisuri Paku Alam II GK Ratu Ayu di Yogyakarta. Sebe-
            lum menjadi penguasa kadipaten Sasraningrat sudah membantu
            ayahandanya sejak 1857. Setelah ayahnya mangkat pada 23
            Juli 1859, GPH Sasraningrat ditahtakan pada 19 Desember 1858
            dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Surya Sasraning-
            rat. Seperti mendiang Paku Alam II, Raja Kadipaten Paku Alaman
            ini juga menyukai kesusastraan. Ia sempat menulis beberapa
            karangan antara lain, Serat Darmo Wirayat, Serat Ambiyo Yusup
            (saduran ceritra Amir Hamzah) dan Serat Piwulang. Selain itu
            juga mengadakan hubungan dengan para sastrawan Surakarta.
                KGPA Surya Sasraningrat memiliki 10 putra-putri. Salah
            seorang putranya adalah KPH Suryaningrat. Pangeran ini meru-
            pakan ayahanda dari Soerjapranoto dan Ki Hajar Dewantoro (pen-
            diri Taman Siswa dan Menteri Pendidikan RI yang pertama).
            Pemerintahan KGPA Surya Sasraningrat tidak berlangsung lama
            karena ia wafat  pada 17 Oktober 1864 ketika berusia 37 tahun,
                                               4
            memegang tahta hanya sekitar 6 tahun.  Saat  mangkat putra-
            putrinya semua masih kecil sehingga belum ada yang dapat
            menggantikannya sebagai Paku Alam IV. KGPA Surya Sasra-
            ningrat dimakamkan di Kota Gede Yogyakarta. Sampai saat wafat


            4  Lihat Bambang Dewantara, 100 Tahun Ki Hajar Dewantara. Bapak Pendidikan. (Jakarta:
             Pustaka Kartini, Cetakan Pertama, 1989).

            288
   306   307   308   309   310   311   312   313   314   315   316