Page 314 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 314
Lampiran
wai ada yang dikirim untuk tugas belajar ke luar Yogyakarta,
seperti ke sekolah guru Kweekschool di Magelang. Bahkan PA IV
sudah merintis pegawai wanita untuk tugas belajar kebidanan
di Batavia. Akan tetapi, semua itu memiliki dampak buruk lain
yang tidak diantisipasi oleh PA IV, karena dengan subsidi yang
besar dari Belanda menyebabkan kedudukan PA IV lemah di mata
Belanda, bahkan gaya hidup PA IV dan kerabatnya yang menye-
babkan kekacauan dalam istana. Menurut Poerwokoesoemo, ada
banyak hal perubahan negatif dalam periode tersebut, akibat
dari perubahan gaya hidup dan tata pemerintahan yang beru-
bah.
Namun disamping itu, dengan perjanjian politik 1870, Kadi-
paten Paku Alaman diperkenankan memiliki setengah batalyon
infantri dan satu kompi kavaleri. Legiun ini lebih besar dari
angkatan perang yang diperbolehkan pada masa para pendahu-
lunya. Dimasanya juga, telah dirintis pengiriman pegawai laki-
laki untuk menuntut ilmu di di luar Yogyakarta. Apa yang dilaku-
kan PA IV belakangan berpengaruh terhadap kebijakan para PA
berikutnya. Para penguasa Paku Alaman selanjutnya menjadi-
kan rintisan tersebut sebagai tradisi menyekolahkan anggota
keluarga besar Paku Alam ke sekolah Belanda. Namun sejarah
selalu memiliki dua sisi, positif dan negatif. Hal negatif yang
muncul ke permukaan dianggap sebagai “prestasi” PA IV adalah
bahwa ia dinilai telah keluar dari jalur yang seharusnya. Perso-
alannya tentu tidak ingin mempertentangkan adat vs modern,
namun setiap pemimpin biasanya memiliki gaya dan cara ma-
sing-masing dalam membangun kerajaannya.
PA V: KPH Suryodilogo, dilahirkan pada 23 Juni 1833 di
Yogyakarta. Ibundanya adalah selir Paku Alam II. Setelah KGPA
Surya Sasraningrat (Paku Alam IV) wafat dengan mendadak,
muncul riak-riak di keluarga Paku Alam untuk menentukan
siapa penggantinya. Pilihan sulit yang dimiliki adalah diambil-
kan keturunan langsung Surya Sasraningrat Paku Alam IV),
keturunan langsung Paku Alam II atau keturunan langsung
Sasraningrat (Paku Alam III). Akhirnya KPH Suryodilogo,
291