Page 47 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 47

Keistimewan Yogyakarta
            belenggu kolonial semakin berkembang dan menjadi pembi-
            caraan meskipun hal itu masih bersifat lokal dan terbatas pada
            teritori kekuasaan tertentu. Persentuhan dengan dunia perge-
            rakan kemerdekaan di Belanda ketika Dorodjatoen menimba
            ilmu memiliki pengaruh besar terhadap cita-cita kebangsa-
            anya. Indonesia sebagai kosa kata politik pertama kali diguna-
            kan oleh kaum terpelajar terdidik di Belanda yang kemudian
            menjadi tokoh-tokoh penggerak nasionalisme.
                Dapat dikatakan Dorodjatoen saat itu tersengat oleh ide-
            ide perubahan yang sangat kuat mewarnai pikiran dan refleksi
            mahasiswa Indonesia terhadap nasib rakyat dan tanah airnya.
            Satu bukti yang menunjukan hal ini adalah ketika Dorodjatoen
            memasang bendera merah putih di Belanda yang saat itu men-
            jadi lambang para pejuang kemerdekaan.  Dengan demikian
                                                 12
            munculnya maklumat penggabungan diri kepada Republik
            Indonesia tanggal 5 September 1945 bukan sesuatu yang mun-
            cul secara tiba-tiba (altruistik) melainkan, dalam bahasa HB
            IX, ‘saat yang kutunggu-tunggu’. 13
                Oleh karena itu ketika kemerdekaan diproklamirkan pada
            17 Agustus 1945, belum genap satu bulan yaitu 5 September
            1945, HB IX segera menyatakan diri bergabung dengan
            Indonesia yang baru lahir. Di satu sisi kenyataan ini menjadi
            tambahan kekuatan bagi Soekarno untuk mendapat pengakuan
            dari luar negeri atas negara yang baru lahir. Di sisi lain, kata
            ‘keistimewaan’ yang tercantum dalam maklumat itu menandai
            suatu imajinasi kebangsaan yang masih belum padu, samar-
            samar. Suatu kata yang tentu saja berada dalam ruang geo-


            12 Tempo, 8 Oktober 1988, hlm 23
            13  Ibid., hlm.24

            24
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52