Page 50 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 50
Pendahuluan
an, sangat menganjurkan pengorbanan individu untuk kepen-
tingan bersama. Tokoh utama dari kelompok ini adalah
Soepomo, yang setelah tertular konsepsi negara Hegelian,
membayangkan suatu tatanan negara sebagai perwujudan
suatu tatanan nilai-nilai luhur komunal/kekeluargaan. Negara
yang dibayangkan adalah suatu komunitas teritorial yang
diabstrakkan, suatu imagined community.
Sedangkan kelompok yang kedua (societal) ingin mewu-
judkan kebebasan individu yang terkerangka dalam kontrak-
sosial yang disebut konstitusi. Mereka menginginkan suatu
tatanan politik nasional yang bertolak dari hasil konsensus
individu-individu yang bebas mandiri. Semuanya terpulang
ke warga negara. Ketika warga negara menginginkan satu ben-
tuk negara kesatuan maka itulah keputusannya. Tetapi bila
mereka menginginkan bentuk negara federal itu pula kepu-
tusannya. Kelompok ini didominasi oleh mereka yang pernah
mukim di Belanda. Syahrir dan Hatta selalu mengedepankan
kemajemukan kemanusiaan di atas obsesi persatuan dan
kesatuan nasional. 15
Di masa reformasi, wacana tentang federalisme pernah
ramai diperbincangkan terutama dalam buku Federalisme
untuk Indonesia. Hal ini manandai kecenderungan societal
yang kembali menguat setelah selama tiga puluh dua tahun
bangsa ini mengalami berbagai macam persoalan hubungan
pusat daerah yang bersifat sentralistik yang berakar pada
imajinasi negara integralistik sebagaimana dicetuskan
Soepomo.
15 Tamagola, Tamrin Amal, Republik Kapling (Yogyakarta: Resist Book’s, 2006)
hlm. 153-155
27