Page 49 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 49
Keistimewan Yogyakarta
melakukan apa saja untuk menciptakan sebanyak mungkin
pulau-pulau luar yang dapat mereka tangani secara aman dan
memastikan bahwa wilayah-wilyah ini diperintah oleh elite
14
lokal yang memusuhi republik. Gerakan-gerakan ini
kemudian ‘dibersihkan’ oleh kekuasaan pusat karena dianggap
sebagai virus kolonial yang bersembunyi di balik tuntutan
federalisme. Penyikapan pusat yang berbeda-beda terhadap
tuntutan-tuntutan daerah menunjukan perbedaan persepsi
pusat terhadap kekuasaan di daerah.
Terkait dengan keistimewaan Yogyakarta, penggabungan
diri disertai permintaan untuk dianggap sebagai daerah
istimewa selain oleh faktor otoritas kekuasaan lokal, sejarah,
dan kesiapan pemerintahan, juga berhubungan dengan
imajinasi nasionalisme Indonesia yang masih belum selesai.
Perebutan ruang politik antara kelompok komunalisme dan
societal yang belum menemukan titik temu juga memiliki andil
atas putusan pada maklumat keistimewaan tersebut. Status
keistimewaan tampaknya merupakan jalan tengah dari dua
kecenderungan itu.
Lanskap konseptual Negara RI menurut Tamagola ter-
bentuk dalam tegangan antara kelompok komunalisme dan
mereka yang berbasis pikir societal. Kelompok komunal dido-
minasi oleh mereka yang berlatar belakang budaya Jawa yang
tercerahkan melalui kesempatan pendidikan yang secara
diskriminatif diberikan kepada mereka. Kecenderungan
berpikir mereka adalah menjunjung tradisi Timur, memen-
tingkan kolektivitas yang dirumuskan dalam asas kekeluarga-
14 Malcolm Caldwell & Ernst Utrecht, An Alternative History of Indonesia (Sidney:
Apcol, 1979).
26