Page 53 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 53

Keistimewan Yogyakarta
            gian pendapatan, sumber daya alam, dan sejarah. Ketiga hal
            ini sering menjadi alasan untuk meneguhkan diri. Politik keda-
            erahan ini menandai fase arus balik baru ketika politik sentra-
            lisme telah runtuh.
                Imagined Community seperti dibayangkan Ben Ander-
            son mengenai sebuah bangsa yang diikat dalam bayangan
            bersama justru menguat pada batasan lokalitas.  Komunitas-
                                                      17
            komunitas terbayang itu merebak ke beberapa komuniti yang
            merasa memiliki sumber-sumber nilai spesifik yang berbeda
            dengan komunitas lain. Mereka sebagai komunitas tertentu
            atau dalam batas-batas etnik, suku, teritori, merasa memiliki
            budaya bersama yang di dalamnya terbayang asal-usul, ritual,
            sistem kekerabatan, sistem pemerintahan, perjalanan historis
            sebagai sebuah komuniti yang karena itu mengharuskan untuk
            diperlakukan secara spesifik.
                Pembayangan itu mendorong suatu perjuangan penga-
            kuan atas perbedaan dan keunikan itu. Demikianlah yang dapat
            kita saksikan di sejumlah masyarakat di daerah: isu pemekaran
            daerah, perjuangan hak adat dan ulayat sebagian komunitas
            lokal, dan aspirasi-aspirasi lain di tengah keanekaragaman bu-
            daya yang terus berkembang adalah beberapa contoh. Tentang
            tuntutan pemekaran daerah misalnya, meskipun tuntutan ini
            dilatari oleh alasan efisiensi (penyederhanaan wilayah) dan
            kepentingan elite politik tertentu, namun tidak sedikit di antara
            tuntutan itu didorong oleh pembayangan sebuah identitas
            oleh daerah tertentu yang merasa tidak berasal dari satu kultur
            dengan daerah induknya. Maka, isu keistimewaan Yogyakarta


            17  Benedict Anderson,  Imagined Communities: Komunitas-komunitas
             Terbayang, (Yogyakarta: Insist-Pustaka Pelajar, 2001).

            30
   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58