Page 156 - Mereka yang Dikalahkan, Perampasan Tanah dan Resistensi Masyarakat Pulau Padang
P. 156
Mereka yang Dikalahkan 131
Pertengah April 2011 tercatat delapan unit eskavator RAPP yang
berhasil masuk mulai meluluhlantakkan hutan bakau dan hutan
alam/gambut untuk memulai pembangunan kanal-kanal. Kegiatan
ini menaikkan tensi warga Pulau Padang yang sudah berbulan-bulan
melakukan aksi, namun hasilnya RAPP tetap beroperasi, bahkan
sampai 14 April 2011 ketika RAPP sudah beroperasi, tak pernah jelas
rencana penyelesaian batas yang dijanjikan oleh perusahaan. Dengan
dimulainya operasi RAPP ini dimulai pula babak baru konflik secara
terbuka antara masyarakat Pulau Padang Vs RAPP dan karyawan
perusahaannya.
Sebagai bentuk protes keras warga atas dimulainya operasi
RAPP, strategi baru mulai disusun ulang. Perjuangan sebelumnya
yang dianggap angin lalu oleh pemerintah dan perusahaan perlu
mendapat evaluasi secara serius. Hasil rembuk para petani dan warga
memutuskan kembali berangkat ke Jakarta untuk melakukan aksi
yang jauh lebih keras, yakni “Aksi Jahit Mulut”, walaupun akhirnya
dibatalkan, mereka lebih memilih aksi mogok makan di depan
Kantor Kementerian Kehutanan. Empat puluh enam orang berangkat
ke Jakarta untuk mewujudkan aksi yang sudah dirancang rapi dari
Pulau Padang, dengan didampingi STN dan STR. Dalam kelompok
ini ikut juga Mukhti, Yahya, Nizam, dan petani perwakilan dari
desa-desa di Pulau Padang. Penuturan Mukhti selama mendampingi
peserta aksi, ia berperan sebagai penyedia logistik, “tugas saya melobi
polisi, membangun jaringan dengan mahasiswa Riau di Jakarta,
dan menyambungkan dengan teman-teman di Jakarta yang peduli
dengan nasib kami. Kami harus akui, bekal yang kami bawa jauh
dari cukup, kami modal nekat, dan harus meminta banyak bantuan
kepada pihak-pihak yang peduli. Di Jakarta, kami harus bertemu
dengan orang-orang Kementerian Kehutanan dan anggota DPR RI”.
53
53 Disampaikan oleh Mukhti dkk., 30 Mei 2016, di Desa Mekarsari, Pulau
Padang.