Page 164 - Mereka yang Dikalahkan, Perampasan Tanah dan Resistensi Masyarakat Pulau Padang
P. 164
Mereka yang Dikalahkan 139
polisi memukul 3 temannya. Warga minta agar polisi bertanggung
jawab atas pemukulan Yahya dkk., supaya diselesaikan di kantor
desa. Aparat menolak dan warga tidak surut nyali sekalipun rentetan
tembakan peringatan dikeluarkan. Menurut beberapa sumber yang
60
penulis temui, Yahya tidak terlibat dalam peristiwa pembakaran
malam itu, karena posisinya ada di rumah, setelah pagi hari ikut
aksi menghentikan operasi RAPP di Tanjung Padang, ia kembali ke
rumah.
Terjadi perdebatan panjang antara warga dengan polisi,
sekaligus meminta kawan-kawan mereka di kapal yang ditangkap
agar dibebaskan, namun polisi menolak. Warga hanya bisa
menyelamatkan Yahya, Solehan dan Dalail. Menurut beberapa
sumber di lapangan, peristiwa malam 30 Mei sedikit misteri, karena
beberapa di antara mereka tidak banyak yang mengetahui. Namun
Amri mendapatkan sedikit petunjuk, bahwa beberapa memang
pernah ia dengar akan melakukan aksi nekat, namun tidak pasti
apa yang akan dilakukan. Saat pembakaran alat berat terjadi, Amri
tidak ikut, tetapi ia juga didatangi polisi. Namun karena polisi tidak
memiliki petunjuk yang terang, Amri tidak ditangkap.
Setelah peristiwa 30 Mei 2011, ada sekitar 17 orang ditangkap
dan diadili di Bengkalis dan 24 warga menjadi buron hingga hari
ini. Polisi belum berhasil menemukan mereka, dan semua warga
sepakat tutup mulut, tidak pernah akan memberi tahu kemana
teman-teman mereka pergi melarikan diri. Menurut Rinaldi, warga
bersepakat tutup mulut, karena memang sebagian besar tidak
mengetahui kemana teman mereka bersembunyi. Namun sebagai
bentuk tanggung jawab bersama, semua biaya anak dan istri selama
ditinggal pergi dan yang dipenjara akibat perjuangan melawan RAPP,
dibantu oleh semua warga. Mereka iuran tiap bulan untuk membantu
60 Diskusi dengan Yahya dan Amri di Pulau Padang, 30 Mei 2016 dan 1
Juni 2016.