Page 159 - Orang Indonesia dan Tanahnya
P. 159

120     Orang Indonesia dan Tanahnya

               Adapun lusuhnya beschikkingsrecht tersebut, dapat kita
            lihat dari kenyataan, bahwa masyarakat hukum itu semakin
            membiarkan adanya pelanggaran-pelanggaran atas “Hak
            menguasai” dengan tidak menjatuhkan hukuman-hukuman,
            sehingga akhirnya peraturan itu tidak lagi merupakan peraturan,
            melainkan hanya bekas-bekas dari peraturan yang dahulu.
               Maka pasal 62 Regeeringsreglement, yang menuntut
            agar supaya hak-hak penduduk atas tanah-tanah yang tidak
            dibudidayakan dihormati, sesungguhnya juga mengharuskan
            hakim-hakim pemerintah menjatuhkan hukuman-hukuman
            kepada para pelanggar, selama hak-hak tersebut masih nyata-
            nyata ada. Tetapi perlindungan apakah yang diberikan oleh
            Algemene Strafwetboek (Kitab Undang-undang Hukum Pidana
            Umum Belanda) dari tahun 1915? Boleh dikatakan nihil! Dan
            apakah yang telah diberikan oleh peraturan-peraturan agraria?
            Hanya sebuah ketentuan yang melindungi hak-hak tersebut dari
            calon pembuka tanah (van den aanstaanden ontginner), tetapi
            dalam artian Barat.
               Kesimpulan dari semua ini ialah: bahwa menurut anggapan
            para birokrat, hak-hak orang Indonesia atas tanah-tanah yang
            tidak dibudidayakan itu didalam kenyataannya adalah masih
            saja tidak pasti (onvast), terus berubah (veranderlijk), palsu
            (verkeerd). Maka tidak ada senjata yang lebih baik, kecuali
            dipergunakannya istilah yang berkesan teguh (onwrikbaar),
            tidak berubah-ubah (onveranderlijk) dan bersifat tegas
            (inponeerend).
               Pada tahun 1870, istilah itu dikeluarkan dari gudang senjata;
            adapun bunyinya ialah: landsdomein. Sungguh mengherankan!
   154   155   156   157   158   159   160   161   162   163   164