Page 22 - Orang Indonesia dan Tanahnya
P. 22
C. Van Vollenhoven xxi
van onrecht). Kadarwan mengutip beberapa paragraf penting
dari esai van Vollenhoven secara utuh untuk menegaskan bahwa
kepentingan empat puluh tujuh juta rakyat Indonesia jauh lebih
penting daripada kepentingan segelintir pejabat kolonial dan
untuk menunjukkan ketidakadilan yang diterima oleh rakyat
Indonesia berdasarkan argumen seorang akademisi terhormat
dari Belanda. Kadarwan mendesak para cendekiawan pribumi
yang meminati hukum termasuk juga hukum adat untuk
membaca buku itu, “agar kita juga memiliki perhatian atas
tanah-tanah kita” (Jong Java, 1-5 Juli 1929).
Demikian sejumput ilustrasi mengenai bagaimana koran-
koran nasionalis di akhir tahun 1920-an menyoal politik agraria
kolonial dengan mengangkat kesengsaraan rakyat pribumi yang
diakibatkannya. Kesadaran dan kefasihan kaum intelektual
nasionalis, termasuk para penulis di koran-koran nasionalis
di atas, menyoal topik ini sesungguhnya sangat mengesankan.
Perlu penyelidikan lebih lanjut bagaimana masalah hukum
agraria rakyat pribumi diajarkan di institusi pendidikan hukum
kolonial, termasuk di Leiden University, Rechtsschool, (berdiri
1909), Fakultas Hukum dan Sastra, yang menerima mahasiswa
dari Hindia Timur sejak 1920, dan di Rechtshoogeschool
di Batavia yang berdiri 1924). Cukup masuk akal untuk
menyimpulkan bahwa kefasihan para cendekiawan pribumi
atas masalah politik agraria dan akibatnya pada rakyat pribumi
disebabkan oleh berbagai naskah yang dibaca dan didiskusikan
secara mendalam di kalangan mahasiswa di Leiden maupun
Batavia, termasuk yang mengacu pada karya van Vollenhoven
ini, Orang Indonesia dan Tanahnya.
Van Vollenhoven berpengaruh langsung pada murid-
muridnya. Lebih luas dari itu, karya-karyanya, seperti juga
karya Multatuli 1859 Max Havelar, of de koffie-veilingen der
Nederlandsche Handel-Maatschappy (atau dalam bahasa