Page 62 - Orang Indonesia dan Tanahnya
P. 62

C. Van Vollenhoven  23
                    (dorpsgrond—sebab suatu penguasaan sementara oleh
                    desa atas sebidang tanah tidak dapat mereka pahami,
                    oleh karena tidak dapat dimasukkan kedalam salah satu
                    daripada ketiga landasan diatas) adalah sangat berguna
                    bagi penguatan kas desa itu. Oleh karena itu pula hak
                    dari desa tersebut dianggap bertentangan dengan
                    kepentingan desa itu sendiri. Apakah orang-orang desa
                    yang sungguh-sungguh membutuhkan tanah dapat
                    mengerti keputusan dari Residen itu, oleh orang-orang
                    biro tidak diperhatikan. 7
              4.    Jika pada masa tanam paksa secara tidak masuk akal
                    pemerintah telah menjadikan hak ulayat (daripada desa)
                    atas tanah-tanah pertanian sebagai suatu  communaal
                    grondbezit, ganjilnya dalam masalah pembagian kembali
                    dari sawah-sawah partikelir (herverdeling van partikuliere
                    akkers, suatu hak yang juga dikenal di tanah Karo dan
                    Minahasa) pemerintah sama sekali tidak mau mengakui
                    hak dari desa-desa yang bersangkutan untuk mengadakan
                    permusyawaratan. Alasannya, karena ordonansi tentang
                    pembukaan tanah (ontginningsordonnantie) juga
                    tidak mengenal “pengembalian kembali” semacam itu.
                    Tentu saja muncul akibat-akibat yang sama sekali tidak
                    diharapkan. Mengingat hal itu seharusnya pemerintah
                    menyadari bahwa ada suatu kekurangan pengertian
                    terhadap persoalan tersebut. Tetapi sebaliknya dari apa
                    yang harus dilakukan, pada tahun 1893 para birokrat


              7   Yang dimaksud oleh Prof. Vollenhoven dengan istilah bureau/biro
                  adalah orang-orang yang duduk dalam pemerintahan Hindia Belanda,
                  khususnya kekuasaan eksekutif.
                  Catatan Editor: Untuk memutakhirkan naskah ini, kami selanjutnya
                  menggunakan kata “para birokrat” menggantikan istilah “orang-orang
                  biro.”
   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67