Page 133 - Resonansi Landreform Lokal di Karanganyar: Dinamika Pengelolaan Tanah di Desa Karanganyar
P. 133
120 Aristiono Nugroho, dkk.
Oleh karena itu, landreform lokal yang diterapkan di Desa
Karanganyar berfokus pada: Pertama, penguatan inisiatif, di
mana para kulian berinisiatif menyerahkan hak garap atas tanah
sawahnya seluas 90 ubin untuk setiap 250 ubin yang mereka
miliki, meskipun inisiatif tersebut muncul setelah Pemerintah
Desa Karanganyar pada tahun 1947 menetapkan kebijakan pene-
rapan landreform lokal. Kedua, penguatan posisi tawar, di mana
buruh kulian yang sebelumnya tidak berdaya menghadapi dina-
mika sosial, kini lebih mampu menghadapinya dengan berbekal
hak garap atas tanah sawah yang ada padanya. Ketiga, pengu-
atan gerakan, di mana penerapan landreform lokal sesungguhnya
merupakan wujud gerakan masyarakat desa untuk mengelola
pertanahan dengan lebih adil, lebih mensejahterakan, dan lebih
mendukung terwujudnya harmoni sosial. Keempat, penguatan
partisipasi, di mana kulian dan buruh kulian telah turut serta
dalam penerapan landreform lokal dengan melaksanakan kewa-
jibannya masing-masing.
Dengan berbagai penguatan tersebut, maka penerapan
landreform lokal di Desa Karanganyar telah menjangkau tujuan
pemberdayan masyarakat, sebagai berikut: Pertama, enabling,
yaitu menciptakan suasana, situasi, atau kondisi yang memung-
kinkan potensi masyarakat Desa Karanganyar dapat berkem-
bang. Kedua, empowering, yaitu memperkuat potensi atau daya
yang dimiliki oleh masyarakat Desa Karanganyar, dengan menye-
diakan tanah buruhan yang diperlukan di Desa Karanganyar.
Ketiga, protecting, yaitu melindungi dan membela kepentingan
masyarakat Desa Karanganyar yang lemah, seperti petani yang
tidak memiliki tanah sawah.
Ketika landreform lokal ala Desa Ngandagan beresonansi
di Desa Karanganyar, sesungguhnya telah terjadi pemberdayaan