Page 135 - Resonansi Landreform Lokal di Karanganyar: Dinamika Pengelolaan Tanah di Desa Karanganyar
P. 135
122 Aristiono Nugroho, dkk.
lokal ala Desa Ngandagan yang beresonansi di Desa Karanganyar
juga memperlihatkan ciri strategi pemberdayaan masyarakat.
Eko Dermawan (2011) menyatakan, bahwa strategi pemberda-
yaan masyarakat dapat dikaji dengan menggunakan metode
“ACTORS”, sebagai berikut: Pertama, authority, atau wewenang
pemberdayaan dilakukan dengan memberikan kepercayaan
kepada masyarakat untuk melakukan perubahan yang mengarah
pada perbaikan kualitas dan taraf hidup masyarakat. Sebagai-
mana diketahui landreform lokal yang diterapkan di Desa
Karanganyar dilakukan dengan memberi kepercayaan pada
masyarakat yang terdiri dari kulian, buruh kulian, dan masya-
rakat pada umumnya. Masyarakat diberi kepercayaan untuk
melakukan perubahan yang mengarah pada perbaikan kualitas
dan taraf hidup masyarakat, yang dibuktikan dengan penyerahan
hak garap atas tanah sawah oleh kulian. Hak garap ini kemudian
diterima oleh petani yang tidak memiliki tanah sawah untuk
mendapatkan hasil dari tanah tersebut, sehingga hidupnya beru-
bah menjadi lebih baik. Berdasarkan kondisi ini, maka buruh
berkesempatan untuk menentukan jenis komoditas yang akan
ditanamnya. Hal ini penting, agar buruh tani berkesempatan
memilih komoditas yang mempunyai harga jual tinggi.
Kedua, confidence (rasa percaya diri) dan competence (ke-
sanggupan), di mana pemberdayaan diawali dengan menim-
bulkan dan memupuk rasa percaya diri, serta melihat adanya
kesanggupan masyarakat untuk melakukan perubahan. Sebagai-
mana diketahui landreform lokal yang diterapkan di Desa
Karanganyar dilakukan oleh Kepala Desa Karanganyar dengan
meyakinkan masyarakat, bahwa mereka dapat menata kembali
(reform) penguasaan tanah di Desa Karanganyar. Masyarakat
diyakinkan, bahwa mereka sanggup melakukan perubahan