Page 96 - Resonansi Landreform Lokal di Karanganyar: Dinamika Pengelolaan Tanah di Desa Karanganyar
P. 96
Resonansi Landreform Lokal ... 83
lantarkan oleh yang bersangkutan. Selanjutnya oleh Soemotirto
1 Ha dibagikan kepada masyarakat Desa Kapiteran, sedangkan
yang 10 Ha dibagikan kepada masyarakat Desa Ngandagan.
Tanah ini yang oleh masyarakat disebut “tanah siten” (maksud-
nya “tanah sten” atau “tanah asisten”) digarap oleh 49 keluarga
petani Desa Ngandagan sejak tahun 1947 hingga saat ini (2012).
Kedua, setiap masyarakat Desa Ngandagan yang memiliki
tanah sawah seluas 300 ubin (300 x 14 m2) atau lebih wajib
menyerahkan hak garap seluas 90 ubin kepada Pemerintah Desa
Ngandagan, untuk kemudian diredistribusikan kepada dua
keluarga petani yang tidak memiliki tanah sawah. Kepemilikan
tanah tidak beralih kepada para penggarap, karena yang dialih-
kan hanyalah hak garapnya saja. Program ini diikuti oleh 64
keluarga yang memiliki tanah sawah seluas 300 ubin atau lebih,
sehingga dapat memberikan hak garap masing-masing seluas
45 ubin kepada 128 keluarga petani yang tidak memiliki tanah
sawah. Program ini berlaku sejak tahun 1947 hingga saat ini
(2012), dan program inilah yang berresonansi ke Desa Karang-
anyar.
R. Sosro Wardjojo (Kepala Desa Karanganyar, tahun
1945 – 1977)
Resonansi landreform lokal di Desa Karanganyar tidak
terlepas dari relasi tokoh utamanya, yaitu Soemotirto (Kepala
Desa Ngandagan, tahun 1947 – 1964) dan R. Sosro Wardjojo
(Kepala Desa Karanganyar, tahun 1945 – 1977). Pemikiran untuk
mensejahterakan rakyat yang dimiliki oleh kedua tokoh utama
ini terhubung atas jasa Darmo Sentiko, yang pada masa itu
menjabat Sekretaris Desa Karanganyar dan Ketua PKI Wilayah
Pituruh. Darmo Sentiko-lah yang menjelaskan kepada R. Sosro