Page 161 - Konflik Agraria Urutsewu: Pendekatan Ekologi Politik
P. 161
Walaupun penangkapan ikan masih dilakukan secara
tradisional, tidak dilengkapi dengan teknologi mutakhir, nelayan-
nelayan memiliki ketergantungan pada laut untuk mendapatkan
penghasilan. Tercemarnya laut karena penambangan pasir besi
juga mengancam keberlanjutan hidup nelayan di pesisir selatan
Kebumen ini. Selain nelayan yang akan termarginalkan dalam
pengelolaan sumber daya alam, masyarakat yang mengambil
manfaat dari kawasan pariwisata pantai selatan juga akan
dirugikan. Jika ada aktivitas penambangan pasir besi, maka
wisatawan tidak akan memiliki kesempatan untuk menikmati
pantai dan berlibur.
Keterikatan yang sangat kuat dengan lingkungan tempat
mereka hidup dan menggantungkan diri membuat masyarakat
Urutsewu berusaha mempertahankan diri ketika akan ada
penambangan pasir besi di wilayah tersebut. Seperti yang
diungkapkan Bryant dan Bailey (1997: 160) bahwa kehidupan
masyarakat desa memiliki keterikatan yang sangat kuat dengan
lingkungan tempat mereka tinggal. Jika ada pengelolaan sumber
daya alam yang mengganggu kestabilan lingkungan tempat
mereka hidup, maka grassroots actors akan mempertahankan
lingkungan mereka.
Ketergantungan masyarakat pada alam dan kehendak
mempertahankannya dari segala ancaman bencana ekologis
tercermin dalam pernyataan Manijo, petani dari Desa Mirit
Petikusan:
“Biarpun di dalam sini terkubur intan, mas, berlian, biarkanlah
terkubur beribu tahun kalau memang ada dampaknya bagi kami.
Kami petani sudah cukup walaupun dengan penghasilan sedikit.
Ekstraksi sumber daya alam seperti mineral yang terkubur
di rahim bumi pada praktiknya cenderung merusak lingkungan.
136 Konflik Agraria di Urutsewu: Pendekatan Ekologi Politik