Page 124 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 124

Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum ....     97


                       Secara  lebih khusus, Ter Haar menjelaskan tentang
                    perbedaan antara peradilan pengadilan negeri dengan peradilan
                    adat  yang ditulisnya dalam tulisan yang diterjemahkan
                    dengan judul  “Peradilan pengadilan negeri menurut hukum
                    tidak tertulis” . Dalam tulisan inilah, Ter Haar kemukakan
                                24
                    kritiknya tentang dampak diperkenalkannya lembaga Advokat
                    dan Notaris,  dikalangan penduduk  Bumiputra.  Ter  Haar ,
                                                                         25
                    dengan tegas menyatakan  kekacauan  hukum  yang akan
                    terjadi apabila penegakkan  hukum  melalui hakim pengadilan
                    negeri,  advokat dan  notaris,  dilterapkan  secara  tidak  hati-
                    hati dengan mengabaikan asas-asas hukum pertanahan adat.
                    Kritiknya itu disampaikan melalui pernyataannya:

                       “Orang-orang praktek  (maksudnya  para  advokat dan
                       hakim-  tambahan penulis) dan  para  notaris,  yang
                       kebanyakan merupakan hasil tanaman-tanaman Barat
                       (maksudnya berpendidikan Belanda- tambahan   penulis),
                       dibawa  ke  negeri  ini  dengan  sebungkah tanahnya
                       sendiri (maksudnya budaya dan cara berpikir Belanda-
                       tambahan  penulis),  yang sekarang  mengganggu  hukum
                       pribumi,  akan tetapi dengan mencoba mencabutnya
                       dahulu dan kemudian memberikannya  pelbagai  tiang-
                       tiang  sandar  yang  asing (maksudnya   pemaksaan   cara
                       berpikir    dengan  logika   hukum Belanda-tambahan
                       penulis),…”


                       Kutipan ini menjelaskan betapa Ter Haar kecewa dengan
                    praktek para advokat dan notaris yang mereka lakukan
                    terhadap penduduk  Bumiputra,  karena ketidakpahaman
                    mereka atas asas-asas, filosofi, dan cara berpikirnya penduduk
                    Bumiputra.  Suatu  kekecewaan yang setelah Indonesia
                    merdeka, dalam  bidang  kepengacaraan,  justru  menimbulkan
                    para  pengacara  yang sama sekali tidak profesional sehingga
                                                              26
                    disebut  juga ‘pokrol bambu’  (breamble  bush) ,  serta  para
                   24   B. Ter Haar, seri terjemahan LIPI-KITLV, No. 14, Jakarta:
               Bhratara, 1972.
                   25   B. Ter Haar,  Peradilan Pengadilan Negeri Menurut Hukum Tidak
               Tertulis op. cit., hlmn. 37.
                   26   Daniel  S.  Lev,  The Breamble  Bush,  Makalah ceramah  di  UI,
   119   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129