Page 132 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 132

Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum ....     105


               5.3.A.1.2.b.   Orang   Bumiputra,   tidak   berhak   menggunakan
                   jasa Notaris dengan ancaman  akta Notarisnya ‘batal
                   dengan sendirinya’ (nietig eo ipso):
                       Sebenarnya penduduk  Bumiputra  dengan tanah-tanah
                    Adatnya, tidak boleh dibuatkan perjanjian jual beli maupun
                    pembebanan tanahnya dengan hak ‘hypotheek’  oleh Notaris.
                    Meskipun kemudian, berdasarkan politik hukum ‘penundukan
                    diri’   (onderwerping  politiek) -dalam rangka memberlakukan
                    hukum BW/KUHPInd.  kepada semua golongan  penduduk
                    di Hindia Belanda-, maka orang  Bumiputra diperkenankan
                    membuat  perjanjian tanah  dengan akta  Notaris. Namun
                    ‘notareel ate’-nya pun harus dibuat berdasarkan surat keputusan
                    persamaan kedudukan sosial dengan orang Belanda (besluit van
                    gelijkgestelden) oleh pejabat ‘bezoldigde ov.ambt’ dari Departemen
                    Dalam Negeri Hindia Belanda (Departement van Binnenlands
                    Bestuur). Baru dengan terpenuhinya persyaratan prosedur
                    hukum  itulah, orang Bumiputra dinyatakan sah melakukan
                    perbuatan hukum yang diatur dalam hukum Belanda (BW/
                    KUHPInd.) melalui politik hukum ‘penundukan diri secara
                    sukarela’ (vrijwillige  onderwerping), sehingga ‘notareel  acte’
                    yang  dimilikinya, dinyatakan sah  diterima  secara hukum
                    (gerechterlijke acceptant), dan tidak terkena sanksi hukum ‘batal
                    dengan sendirinya’ (nietig eo ipso).

               5.3.A.1.2.c.   Politik penundukan diri kepada hukum Barat/
                   Belanda hanya semu dan ‘notarieel  acte’ untuk  orang
                   Timur Asing serta Bumiputra ‘batal dengan sendirinya’
                   (nietig eo ipso):
                       Tetapi politik penundukkan diri (onderwerping politiek) dan
                    ‘penundukkan  diri  secara sukarela’ (vrijwillige  onderwerping)
                    itu hanya semu. Sebab apabila terjadi sengketa hukum atas
                    tanah yang ber-akta notaris, maka  penduduk  Bumiputra
                    pemegang ‘akta  notaris’ itu akan dinyatakan kalah. Karena
                    ‘notareel acte’ yang digunakan di dalam sidang Pengadilan
                    Negeri (Landraad) oleh orang Bumiputra itu, tidak dihargai
   127   128   129   130   131   132   133   134   135   136   137