Page 138 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 138

Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum ....     111


                    in commercium). Artinya, bidang tanah  yang bersangkutan
                    dapat  dimohonkan ‘hak  keperdataan  kebendaan’-nya
                    jika  diadakan  perbuatan  hukum  perdata  atas tanahnya.
                    Sebelum diperolehnya  keputusan hakim bagi perubahan
                    kedudukan  hukum  tanahnya,  maka  tanah  GG tidak  boleh
                    diperjualbelikan menjadi tanah ‘eigendom’ pribadi. Jadi cara
                    perolehan tanah GG, tidak boleh melalui perbuatan hukum
                    ‘pertukaran’ (ruilen atau wisselen-Belanda, ‘tukar guling’-Ind.),
                    sebelum ada keputusan hakim perdata dari pengadilan negeri.

               5.3.A.2.3.  Hak kepemilikan dari Negara/Pemerintah (tanah
                   GG) untuk  pelayanan publik, tidak perlu dibuktikan
                   dengan ‘notarieel acte van eigendom’:
                       Adapun  kedudukan  hukum  pemilikan  tanah oleh
                    Negara dan  Pemerintah  sebagai  pemegang  serta  pelaksana
                    kedaulatan hukum Negara itu, tidak perlu dibuktikan dengan
                    ‘acte van eigendom’. Karena kepemilikan tanah oleh Negara
                    itu, didasarkan pada kekuasaannya menjadi pemegang
                    kedaulatan Negara dan Pemerintah sebagai badan pelaksana
                    kedaulatan Negara. Walau demikian, tanah milik  pemerintah
                    (tanah  GG) itu harus diberi jati-dirinya sesuai dengan ajaran
                    pendaftaran  tanah yang dianut.  Maka guna memenuhi
                    syarat ketertiban hukum  administrasi  pertanahan,  tanah
                    milik Pemerintah pun harus dibuatkan surat keputusannya
                    (besluit), dilampiri  dengan gambar bidangnya (schets kaart),
                    diberi tanda-tanda batas fisik berupa patok-patok, ukuran
                    luas bidang tanah yang dikuasai  (beheer) Departemen  atau
                    Instansi Pemerintah, sebagai penguasa pengelola  atau
                    pengurus (beheerder) bagi pelayanan publiknya.  Demikian
                    pula kekuasaan dan  kewenangan Pemerintah  atas ‘tanah
                    GG’ itu tidak disebut ‘hak’ melainkan ‘kewajiban mengurus’
                    (beheersing)  sehingga dikenal  dengan  ‘hak  menguasai  untuk
                    mengurus’ (beheersrecht).
   133   134   135   136   137   138   139   140   141   142   143