Page 158 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 158

Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum ....     131


                    ‘penyerahan secara hukum’ (jurisdische levering);  sedangkan
                    terhadap benda-benda bergerak  (roerend  goederen-Bld.,
                    chattels-Ingg.), dilakukan secara langsung antara penjual dan
                    pembeli setelah selesai pembayaran harga jual barang, maka
                    disebut ‘penyerahan secara  nyata’ (feitelijke levering). Jadi ada
                    pemisahan dan perbedaan prosedur hukum antara ‘peralihan
                    hak keperdataan’ (levering-Bld.,  conveyencing-Ingg.) dengan
                    ‘penyerahan  tanahnya sebagai  benda  tetap’  (transport-Bld.,
                    transfer-Ingg.).
                       Peralihan  hak  dan  penyerahan  tanah  itu harus  dilakukan
                    oleh pejabat Negara ‘bezoldigde overheids ambtenaar’ di bidang
                    Kehakiman. Kedua jenis perbuatan hukum ini, tidak boleh
                    dilakukan oleh pejabat ‘onbezoldigde overheids ambtenaar’ yaitu
                    Notaris. Sebab Notaris hanya berwenang untuk mengukuhkan
                    sifat hubungan orang dengan orang dalam bentuk perikatan
                    hukum,  berupa  perjanjian-perjanjian  di  bidang  keperdataan
                    dan  perdagangan.  Sedangkan  keputusan  atas  perbuatan
                    hukum dibidang Ketatanegaraan dan  Pemerintahan  Negara,
                    tidak  boleh  dilakukan  oleh Notaris
                       Jadi misalnya dalam perjanjian jual beli tanah, Notaris
                    hanya membuatkan ‘akta jual beli’-nya (koop en verkoop acte)
                    sebagai bukti hukum  adanya perbuatan  hukum  berupa
                    perjanjian yang bersifat perikatan hukum perdata (verbintenis)
                    yang bentuk hukumnya disebut ‘contract’,  karena  merupakan
                    ‘persetujuan’ yang mengikat keduabelah pihak maupun
                    kepada pihak ketiga (derde partij) maka merupakan suatu
                    ‘obligatoir overeenkomst’; akan tetapi, keabsahan   penyerahan
                    tanah serta peralihan  haknya  dari penjual  kepada pembeli,
                    harus dilakukan  oleh ‘griffier’  yaitu  panitera  Pengadilan
                    Negeri.
                       Pengesahan hukum itu,  dibuat dalam bentuk ‘akta’
                    berupa ‘pernyataan’ yang ditandatangani Hakim,  bahwa
                    bernar telah terjadi ‘peristiwa hukum’ berupa  peralihan  hak
                    dan  penyerahan  tanah  berdasarkan  ‘akta  jual  beli’ (koop
                    en verkoop acte) di antara para pihak. Akta peralihan hak itu
   153   154   155   156   157   158   159   160   161   162   163