Page 163 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 163

136     Herman Soesangobeng

                 ‘bezoldigde overheids ambtenaar’ untuk pelanggan Timur Asing
                 dan  Bumiputra;  ketiga,  ‘eigendom beschikking’  dari  pelanggan
                 Timur  Asing,  dan  ‘beschikking’  tentang  ‘agrarisch  eigendom’
                 dari pelanggan Bumiputra  yang dipersamakan (gelijkgestelde
                 Inlanders).
            5.3.D.6.d. ‘Notareel acte van eigendom’ yang cacat hukum
                 adalah ‘nietig eo ipso’:
                    Kelalaian   meminta    surat-surat  bukti   tersebut,
                 menyebabkan banyaknya terjadi  pembuatan ‘notareel acte van
                 eigendom’  oleh  Notaris  yang  cacat hukum dan beredar luas
                 dalam masyarakat, namun tidak disadari oleh para penegak
                 hukum di Hindia Belanda. ‘Notareel acte van eigendom’ yang
                 cacat hukum  itu, dalam  konstruksi  logika hukum  Belanda,
                 adalah ‘batal dengan sendirinya’ (nietig eo ipso). Artinya  ‘acte’
                 demikian  itu tidak memerlukan adanya keputusan pejabat
                 hukum lagi untuk dinyatakan batal, seperti halnya  pada
                 ‘batal demi  hukum’  (nietig van rechtswege). Maka Hakim
                 Pengadilan Negeri, otomatis harus tidak menghargai  setiap
                 ‘acte van eigendom’  yang ‘nietig eo ipso’ sebagai alat bukti sah
                 bagi kepemilikan ‘eigendom’ ataupun ‘acte’ jual beli tanah yang
                 digunakan dalam persidangan Pengadilan Negeri (Landraad).
            5.3.D.6.e.  Kesalahan  tafsir  atas  lembaga  ‘penyamaan  hak
                 hukum’ (toepasselijke verklaring)  dan  ‘penundukkan  diri
                 secara suka rela’ (vrijwillige onderwerping):
                    Dua  lembaga  hukum  yang  dilembagakan  berdasarkan
                 politik hukum ‘pemyataan berlakunya hukum Belanda’
                 (toepasselijke verklaring) terhadap semua golongan penduduk,
                 dan ‘penundukkan diri secara sukarela’ (vrijwillige  onderwerping)
                 oleh penduduk Bumiputra dalam hukum perdata dan dagang
                 Belanda,  pun  sering  disalahtafsirkan  oleh para  Notaris
                 maupun penegak hukum lainnya. Lembaga pertama itu sering
                 diartikan sebagai secara otomatis pemegang surat keputusan
                 persamaan hak itu sudah sama hak hukumnya dengan orang
                 Eropah. Padahal maksud sebenarnya dari lembaga ‘toepasselijke
   158   159   160   161   162   163   164   165   166   167   168