Page 169 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 169

142     Herman Soesangobeng

                 administrasi  pencatatan ‘acte van eigendom’ di dalam ‘daftar
                 umum’  (openbare/publiek register). Peralihan hak kebendaan
                 atas tanah itu disebut ‘overschrijvingsrecht’ yang diatur dalam
                 ‘overschrijvingsordonnantie’ S. 1834-27, namun diterjemahkan
                 ke  dalam bahasa Indonesia menjadi Undang-Undang Balik
                 Nama.
            5.3.D.6.f.3. Pembentukan   jawatan   atau   dinas   Kadaster
                 dengan kewenangan peralihan hak dan penyerahan
                 tanah:
                    Kemudian, sehubungan dengan kemajuan cara pemastian
                 catatan  ‘jati  diri’  (grond  personaliteit)  bidang  tanah  dengan
                 pembentukan ‘jawatan/dinas kadaster’ (dienst van het kadaster)
                 berdasarkan  S.  1872-65,  maka  diperkenalkanlah   lembaga
                 yang dikenal  dengan  nama  ‘pendaftaran  tanah’ (kadaster).
                 Dalam undang-undang  (S. 1872-65)  itu,  diatur  mengenai
                 tugas dan hak Kepala Kantor Kadaster, dalam hal ini selain
                 bertugas membuat dan memastikan ‘jati diri’ bidang tanah, juga
                 diberikan kewenangan mengalihkan hak serta menyerahkan
                 tanah  terdaftar  kepada  pembeli.  Dengan  demikian,
                 kewenangan yang semula menjadi hak dan kewajiban ‘griffier’
                 (Panitera) Pengadilan Negeri, diubah dan diserahkan kepada
                 Kepala Kantor Kadaster. Karena itu undang-undang tersebut
                 mengatur soal tata cara peralihan hak dan penyerahan tanah
                 maka  disebut ‘Overschrijvingordonnantie’  dan  diterjemahkan
                 menjadi  ‘Undang-Undang Balik Nama’.  Jadi yang lebih
                 diperkenalkan  di  Hindia  Belanda,  bukan  sistim  negatifnya
                 pendaftaran  tanah, melainkan tata cara peralihan hak
                 (levering) dan penyerahan tanah (transport) melalui prosedur
                 ‘juridische levering’ yang semula menjadi kewenangan  pejabat
                 Kehakiman  di  bidang  Peradilan, menjadi  diserahkan dan
                 dialihkan  kepada  pejabat Kehakiman  di  bidang Kadaster
                 (Pendaftaran Tanah).
                    Bentuk penyerahan tanah dalam tata cara ‘juridische
                 levering’ itu, harus dilakukan dengan suatu akta penyerahan
   164   165   166   167   168   169   170   171   172   173   174