Page 171 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 171

144     Herman Soesangobeng

                 anggapan’  (vermoedelijk  recht van eigendom),  serta  sistim
                 administrasi  pencatatannya dalam ‘daftar  umum’  yang
                 dipelihara di Kantor Kadaster. Mereka hanya diberitahu dan
                 diperkenalkan dengan istilah ‘pendaftaran negatif’, cara kerja
                 membuat ‘jati diri’ bidang tanah, hak dan kewajiban Kepala
                 Kantor Kadaster, dan keterampilan teknis lainnya. Adapun
                 filosofi, ajaran, teori serta asas-asas hukum pertanahan dan
                 prosedur pemastian hak kepemilikan  ‘eigendom’  termasuk
                 kompleksita   jalinannya   dengan  cabang  hukum   lainnya,
                 tidak diajarkan secara utuh, sehingga awam bagi para penegak
                 hukum maupun Notaris, bahkan Hakim sekalipun.

            5.3.D.6.f.5. Perlombaan  kecepatan mencatatkan ‘acte van
                 eigendom’ ke dalam  ‘daftar  umum’  (openbare/publiek
                 register) tanah:
                    Model pencatatan dalam ‘daftar umum’ menganut ajaran
                 ‘berlomba kecepatan’ (spoedigheid) mencatatkan dokumen
                 hukum. Artinya, pencatatan ke dalam ‘daftar  umum’  itu
                 bersifat  terbuka  kepada  setiap  pemegang dokumen hukum
                 yaitu ‘acte van eigendom’, untuk secapatnya mencatatkan atau
                 mendaftarkan ‘acte’-nya ke dalam ‘daftar umum’ di Kantor
                 Kadaster. Melalui kecepatan pencatatan (inschrijving) itulah,
                 ‘acte’ tersebut dinyatakan berkekuatan hukum tetap bagi
                 pemegang  hak ‘eigendom’  dan menjadi  alat bukti  hak  yang
                 kuat  di  depan  Hakim,  berdasarkan  ajaran  ‘prima faciae’.
                    Pemegang  ‘acte van eigendom’  yang  lalai  atau  terlambat
                 mendaftarkan ‘acte’-nya ke Kantor Kadaster, akan menerima
                 resiko berkedudukan  hukum  sebagai pemegang  ‘hak  milik
                 anggapan’ (beheer van de vermoedelijke  recht van eigendom).
                 Acte van eigendom-nya tidak dihargai sebagai ‘alat bukti hak
                 yang  kuat’ di depan Hakim, karena tidak mendapatkan
                 perlindungan hukum dari Negara; maka Hakim, tidak terikat
                 pada  sifat  ‘prima  faciae’  dari  ‘acte  van eigendom’  yang tidak
                 tercatat itu, apabila digunakan sebagai alat pembuktian hak
                 dalam persidangan Pengadilan.
   166   167   168   169   170   171   172   173   174   175   176