Page 174 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 174

Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum ....     147


                    menyebabkan timbulnya kemalasan  yang melahirkan
                    kecerobohan para  pejabat penegak hukum  serta Notaris
                    dalam menerbitkan surat keputusan maupun akta perjanjian
                    keperdataan serta perdagangan.

               5.3.D.6.h. Kerancuan  dan kekacauan  logika  hukum dalam
                   menafsirkan ‘acte van eigendom’:
                       Akibat dari ketidakpahaman atas ‘hak eigendom anggapan’
                    dengan kompleksita sistim pendaftaran ‘rechtskadaster’ Belanda,
                    menimbulkan kekacauan serta kerancuan logika hukum dalam
                    penegakkan hukumnya. Pejabat Notaris dan penegak hukum
                    lainnya tidak pernah diajarkan untuk berketrampilan menilai
                    kekuatan hukum ‘prima faciae’ dari ‘acte van eigendom’ terdaftar
                    dalam ‘daftar umum’, menurut nomor urut, tanggal, bulan,
                    tahun pencatatannya. Tidak dipahami bahwa hanya ‘acte van
                    eigendom’  terdaftar  yang terawal didaftarkan  dalam  ‘daftar
                    umum’  sajalah yang menjadi  alat bukti  hak yang terkuat
                    dan  absah serta dilindungi dan  dijamin  Negara sehingga
                    merupakan ‘prima faciae’. Demikian pula, tidak dipahami cara
                    menilai  keabsahan  ‘acte  van  eigendom’  berdasarkan  golongan
                    penduduk, termasuk ada/tidaknya ‘eigendom beschikking’, serta
                    ‘besluit toepasselijk verkalring’, yang menentukan apakah sebuah
                    ‘acte van eigendom’ telah berkekuatan hukum tetap atau
                    hanya  merupakan ‘hak  eigendom  anggapan’. Sehingga dapat
                    dipastikan apakah ‘acte’ yang diajukan merupakan akta yang
                    ‘batal dengan sendirinya’ (nietig eo ipso) ataukah ‘batal demi
                    hukum’  (nietig van rechtswege). Sebaliknya, kesalahan serta
                    kekeliruan yang telah terjadi, pun diterima saja sebagai suatu
                    keabsahan serta kebenaran hukum.
               5.3.D.6.i. Warisi kekeliruan dan kesalahan tafsir ‘acte van
                   eigendom’ di alam kemerdekaan RI:
                       Kekeliruan  dan kekacauan  logika penegakkan  hukum
                    dari masa Hindia Belanda itu pun, diwarisi sampai ke alam
                    kemerdekaan Indonesia dengan berlakunya UUD 1945,
                    tanpa penilaian dan perbaikan. Maka amat banyak ‘acte van
   169   170   171   172   173   174   175   176   177   178   179