Page 242 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 242

Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum ....     215


                    keputusan Hakim, menjadi tidak perlu dilembagakan dalam
                    sistim hukum pertanahan Indonesia.

               12.  Hak perorangan lahir karena perjanjian agraria:
                       Adapun  perbuatan hukum  yang melahirkan   hak
                    perorangan (pesoonlijk recht), adalah perbuatan dalam hubungan
                    keagrariaan atas tanah sebagai benda tidak tetap atau benda
                    bergerak. Maka perbuatan hukumnya disebut ‘perjanjian
                    yang ada hubungannya dengan tanah’ (transakties warbij grond
                    betrokken is). Perbuatan hukumnya pun disebut juga ‘jual’,
                    akan  tetapi  bukan  menjual kepemilikan  tanah melainkan
                    hanya untuk mengolah, menggunakan, memanfaatkan  tanah
                    milik  orang  lain  atau  kepunyaan  masyarakat  hukum, agar
                    hasilnya bisa dinikmati. Pertalian ikatan hukumnya disebut
                    sewa dan haknya disebut hak pakai sebagai agraria.  Hak
                    pakai agraria itu, bisa terdiri atas beberapa jenis varian hak
                    yaitu jual tahunan untuk sekali panen (adol taunan atau adol
                    oyodan)  dengan hasil panennya  dibagi dua (maro) atau dibagi
                    tiga  (mertelu);   sewa   (nyewa)   dalam   waktu   tertentu
                    dengan pembayaran uang; jual dengan hak membeli kembali
                    (adol  sende  atau  gade);  menumpang  (numpang)  baik  untuk
                    tempat tinggal atau menanam pohon. Semua jenis varian hak
                    pakai perorangan ini, merupakan hak agraria atas tanah milik
                    perorangan.
                       Sama dengan lahirnya sifat hak kebendaan melalui
                    perbuatan  hukum  jual beli  tanah,  maka  lahirnya sifat  hak
                    perorangan (persoonlijk recht) atas tanah pun dilahirkan
                    melalui perbuatan hukum yang disebut ‘perjanjian yang ada
                    hubungannya  dengan tanah’. Artinya, tujuan dan maksud
                    perbuatan hukum perjanjiannya bukanlah untuk memilik
                    hak dan tanah dengan hak milik, melainkan   hanya   untuk
                    menggunakan   dan  memanfaatkan   tanah  agar hasilnya
                    bisa dinikmati.  Maksud dan tujuan demikian ini, dalam asas
                    dan ajaran  hukum  pertanahan  adat  Indonesia,  disebut
                    ‘hubungan  keagrariaan’  yang  melahirkan   hak  agraria.
   237   238   239   240   241   242   243   244   245   246   247