Page 246 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 246

Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum ....     219


                       Pungutan itu dilakukan berdasarkan pembedaan
                    kemampuan bayar penduduk desa yang disebutnya ‘buruh’
                    (kulen  atau  pekulen) atas tanah milik  Negara yang dikuasai
                    desa, yang disebut ‘gogol’. Maka penduduk desa pun dibagi
                    berdasarkan  perkiraan  kemampuan  bayar pajak hasil bumi
                    tanahnya.
                       Untuk  itu,   penduduk   dibedakan  antara  penduduk
                    ‘mampu’ dan ‘kurang mampu’. Mereka yang mampu disebut
                    ‘orang kuat’ (wong kuat, kuli kenceng, gogol  tetep),  sedangkan
                    mereka  yang  kurang  kuat  disebut  ‘orang  lemah’ (wong
                    kendon, kendon, gogol gilir).   Tanah   dengan   hak  pakai   untuk
                    pembayaran  pajak ini,  di  Jawa Tengah dan  Timur  disebut
                    ‘gogol’, ‘pekulen’, ‘narawita’ 151,  dengan kewajiban  bayar
                                            10
                    pajak berupa natura yaitu hasil bumi dan tenaga kerja.
                       Maka  penerjemahan  dan  penafsiran  kembali  lembaga
                    hukum  agraria buatan Belanda itu, dapat ditafsirkan secara
                    kontemporer menjadi lembaga pembayaran pajak tanah
                    dalam  bentuk uang. Sebab masyarakat  Indonesia,  setelah
                    kemerdekaan, sudah sepenuhnya mengenal dan menggunakan
                    ekonomi uang. Karena itu penghapusan lembaga tanah
                    ‘gogol’, ‘narawita’, ‘pekulen’, pun sah  dan benar,  karena WNI
                    bukanlah  buruh pekerja atas tanah   milik   Negara   Hindia
                    Belanda. Penghapusan itu pun sudah dilembagakan kembali
                    ke dalam sistim perpajakan nasional yang disebut juga pajak
                    tanah, tetapi pembayarannya bukan lagi dengan hasil bumi
                    melainkan  uang. Juga bukti pengihan pajak pun diubah
                    menjadi  ‘Surat Penagihan Pajak Terhutang’ (SPPT),  maka
                    istilah ‘girik’, ‘kikitir’, ‘petok’, ‘leter C’, pun hapus.
               15.  Konversi hak gogol oleh UUPA 1960:
                       Hak gogol yang dipandang sebagai hak adat itu, oleh UU
                    No. 5/1960, diubah menjadi dua jenis hak yaitu hak milik dan
                    hak pakai menurut Pasal 16 UUPA 1960. Perubahan melalui

                   10   M.M.  Djodiguno  dan  Tirtawinata,  Het  Adatprivaatrecht  van
               Middel  Java,  Soekamiskin: Gedruk in de Strafgevangenis, 1940, hlmn.
               113-115.
   241   242   243   244   245   246   247   248   249   250   251