Page 255 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 255

228     Herman Soesangobeng

                    atau diserahkan langsung  kepada pembeli, dengan akta
                    penyerahan tanah tersendiri yang dibuat oleh pejabat
                    PPAT pembuat akta jual beli sementara.
                 11. Jika  tidak  ada  kesepakatan  khusus  tentang  penyerahan
                    tanah, maka dianggap pembeli sepakat bahwa tanah
                    angsuran, tetap berada dalam kekuasaan penjual, sampai
                    angsuran terakhir dan dibuatkan akta penyerahan tanah.
                 12. Pejabat  PPAT,  dilarang  menggunakan  ‘akta jual  beli
                    sementara’   untuk perbuatan  hukum  lain, baik dalam
                    bentuk membuat akta jual beli kepada orang lain,
                    mengagunkannya sebagai jaminan  hutang Bank, dan
                    sebagainya.
                 13. Setelah pembeli membayar angsuran pelunasan harga jual
                    tanah, maka akta  jual  beli  sementara  dapat  diambil
                    pembeli  dan  sekaligus  pejabat PPAT  yang  bersangkutan,
                    membuatkan    akta    jual   beli   akhir    atau    final,  yang
                    diberi judul “AJB-Akhir/Final”,  sementara akta jual beli
                    sementara diberi judul “AJB-Sementar”.


                    Dengan  adanya  lembaga jual beli sementara  ini,  maka
                 kebutuhan jual beli tanah dengan angsuran, dapat dipenuhi
                 dan sah secara hukum.  Jadi tidak  ada perbuatan jual beli
                 tanah yang tidak bisa dibuatkan akta jual beli PPAT- nya.
                 Juga   dengan   adanya   lembaga   ‘jual   beli   sementara’   ini,
                 maka kemungkinan membuat ‘PPJB/APJB’ bisa dicegah dan
                 dinyatakan melanggar hukum sehingga bisa dikenai sanksi
                 pidana.
   250   251   252   253   254   255   256   257   258   259   260