Page 260 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 260
Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum .... 233
yang menjadi anggota warga masyarakat hukum. Hak
mana, ditentukan oleh pengaruh lamanya waktu penguasaan
dan pendudukan oleh orang yang berkehendak mempunyai
sesuatu hak atas tanah dan hubungan keagrairaannya.
Maka hak atas tanah dalam ukum adat, terbagi dalam dua
jenis yaitu hak atas tanah yang bersifat tetap, dan hak atas
hubungan keagrariaan atau hak agraria, yang bersifat tidak
tetap atau sementara.
Hak sementara, adalah hak yang masih sangat kuat
dipengaruhi oleh hak kekuasaan masyarakat, sehingga
hak perorangannya masih sangat lemah. Jenis-jenis hak ini
digolongkan sebagai hak atas hubungan keagrariaan atau hak
disingkat hak agraria saja. Maka hak agraria, terdiri atas hak
wenang pilih, terdahulu, dan menikmati hasil tanah. Adapun
hak tetap, adalah hak yang lebih kuat yang dipunyai
seseorang secara pribadi dalam hal ini hak kekuasaan
masyarakat sudah menjadi sangat lemah, tetapi tidak pernah
sama sekali lenyap. Hak tetap inipun terbagi dalam dua jenis
yaitu hak pakai dan hak milik. Kedua jenis hak atas tanah
yang tetap inipun, tidak pernah lepas dari hak kekuasaan
masyarakat untuk menjadi sepenuhnya hak perorangan
individual. Karena disaat orang melepaskan haknya, maka
hak kekuasaan masyarakat kembali tumbuh dengan kuat dan
penuh atas tanah yang pernah dimiliki seseorang, sehingga
pengurus masyarakat hukum bisa bebas memeberikan kepada
warga masyarakat hukum lainnya yang membutuhkan.
Hakekat konsep keabadian hubungan kekuasaan
masyarakat hukum inilah yang merupakan sumber lahirnya
norma tentang ‘fungsi sosial’-nya hak atas tanah.
Hak atas tanah yang bersifat tetap itu pun, dibedakan
antara hak tetap yang belum sepenuhnya penuh dan kuat
sebagai hak perorangan, dan yang sudah sangat penuh dan
kuat sehingga disebut ‘terkuat dan terpenuh’. Hak tetap
yang belum sepenuhnya penuh dan kuat, disebut
‘hak pakai’; sementara hak tetap yang sudah sangat penuh