Page 262 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 262

Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum ....     235


                       Terpenuhinya  keempat  syarat  ini  oleh orang yang
                    menguasai  dan  menduduki  tanah,  dan  dibenarkan  oleh
                    warga masyarakat serta kepala masyarakat hukum adat,
                    menyebabkan lahirnya pengakuan hak keperdataan  orang
                    atas bidang tanah yang diduduki serta dikuasainya.
                       Maka  sifat  hak  keperdataan  warga  masyarakat  hukum
                    adat atas tanahnya, menjadi kuat dan pasti dengan jaminan
                    masyarakat   hukumnya.   Sementara    hak   keperdataan
                    masyarakat  sebagai organisasi persekutuan  hukum  adat,
                    berada dalam keadaan menguncup dan mengembang
                    terhadap hak perorangan atau individu;  sekalipun hak
                    keperdataan masyarakat itu tidak pernah hapus pengaruhnya
                    terhadap hak perorangan atau individu. Berdasarkan sifat
                    hak keperdataan  adat  inilah,  Ter  Haar  merumuskan  teori
                    ‘menguncup-mengembang’  antara hubungan kekuasaan
                    masyarakat hukum dengan  hak  perorangan  atau  individu.
                    Satu  teori  yang  dirumuskan  Ter Haar   dengan kalimat:
                                                          7
                    “…het beschikkingsrecht   staat met de  individuele rechten in een
                    nooit eindigende  wisselwerking  van  inkrimpen en  uitzetten…”
                    (hak kekuasaan masyarakat hukum dengan hak perorangan
                    atau  individu  itu  berada  dalam  hubungan saling pengaruh
                    mempengaruhi  antara  menguncup  dan  mengembang  tanpa
                    akhir). .
                       Jadi hak keperdataan warga masyarakat hukum adat atas
                    tanahnya, merupakan suatu hak dasar yang bersifat asasi, yang
                    tidak  boleh dilanggar dengan  sewenang-wenang oleh warga
                    masyarakat maupun penguasa masyarakat hukum adat, baik
                    dalam bentuk mencabut hak miliknya ataupun menjualnya
                    kepada  orang  luar  yang menyebabkan  terjadinya  pemutusan
                    abadi   hak   kekuasaan masyarakat. Ketentuan   inilah   yang
                    oleh Van Vollenhoven  dirumuskan dalam norma dasar ke
                    enamnya, berupa penegasan pentingnya makna tersebut
                    dengan kalimat: “–dit is ons punt hier-“ (= inilah intinya) yaitu

                   7     B. Ter Haar Bzn., Beginselen en stelsel van het adatrecht, ibid., hlmn.
               55.
   257   258   259   260   261   262   263   264   265   266   267