Page 268 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 268

Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum ....     241


                    kelembagaan masyarakat,  Negara  dan  Pemerintah,  maka
                    pelakunya  diberikan  hak  bertindak  yang disebut  ‘hak
                    mengurus’, yang dalam istilah bahasa  hukum Belanda
                    disebut ‘beheersrecht’. Jadi hakekatnya ‘hak menguasai  untuk
                    mengurus’ atau  ‘beheersrecht’  itu,  bukanlah sejenis ‘hak
                    keperdataan’ melainkan suatu ‘kewajiban  sosial’  bagi  orang
                    (corpus) untuk menjaga dan mengurus tanah, yang  dalam
                    konteks Negara disebut ‘kewajiban publik’ (publiek verplichting-
                    Bld., public responsibility-Ingg.).

                   8.e. Penguasaan  atau  pendudukan nyata adalah  = ‘de
                          facto  in concreto’: Selanjutnya,  setelah  orang
                          (corpus),  menduduki  bidang  tanah  tertentu,
                       sehingga  menjadi  ‘penguasaan’  nyata,  melalui  suatu
                    perbuatan  hukum tertentu, maka hak kepemilikannya pun
                    bertumbuh menjadi ‘hak kepemilikan  nyata’. Kepemilikan
                    mana, dalam istilah Latinnya  disebut  ‘de facto in concreto’.
                    Disebut ‘kepemilikan anggapan yang nyata’ atau ‘kepemilikan
                    nyata’, adalah karena orang (corpus) sudah memutuskan
                    dengan suatu tindakan berupa perbuatan hukum aktif, untuk
                    memilih dan menetapkan hubungan hukumnya atas bidang
                    tanah tertentu secara pasti dan nyata. Akan tetapi, penguasaan
                    dan pendudukan  nyatanya itu, baru membuktikan   niat
                    (usus) dengan maksud (animus) orang, untuk menetapkan
                    bentuk  ikatan hubungan hukumnya  dengan  bidang tanah
                    tertentu.  Maka kedudukan hukumnya sudah menjadi
                    nyata  dan  lebih kuat,  sehingga melahirkan  kewenangan
                    serta  kekuasaan bertindak yang disebut  ‘hak  kepemilikan
                    nyata’, walaupun masih bersifat hak  milik  anggapan. Sebab
                    pengakuan warga masyarakat dalam  masyarakat  hukum  adat
                    belum  dinyatakan, atau dalam konteks kenegaran, belum
                    dipastikan  secara hukum Negara,  maka hak kepemilikannya
                    dkategorikan sebagai hak milik ‘de facto in concreto’.
   263   264   265   266   267   268   269   270   271   272   273