Page 274 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 274

BAB VIII
                     PENGEMBANGAN LOGIKA DAN

                  PARADIGMA PENEGAKKAN HUKUM








               1.  Pendahuluan:
                       Untuk    kepentingan    penegakkan    hukum,  diperlukan
                    adanya    pembakuan  logika yang menjadi  paradigma  acuan
                    bagi penegakkan hukum serta penyelesaian sengketa. Logika
                    adalah nalar logis yang masuk akal dalam memahami,
                    menerjemahkan  serta menafsirkan arti maupun makna
                    yang seharusnya diterapkan dalam pelaksanaan penegakkan
                    norma hukum. Sedangkan paradigma, adalah cara pandang
                    untuk menafsirkan norma yang akan  ditegakkan  dalam
                    praktek   penegakkan  hukum   serta   merumuskan  norma
                    prosedur pelaksanaannya. Karena itu, paradigma merupakan
                    pengendali serta kontrol atas penyimpangan,  kekeliruan
                    maupun kesalahan logika dan tafsir terhadap filosofi, asas,
                    ajaran, bahkan ketika norma baru dirumuskan maupun bagi
                    koreksi penegakkannya. Dengan demikian, kesimpangsiuran
                    yang   merancukan   makna   dan  tujuan   hukum,   dapat
                    diarahkan kembali untuk ditegakkan dengan baik dan benar,
                    sehingga bisa mencerminkan rasa keadilan yang seharusnya
                    ditegakkan.  Karena itu,  disini digambarkan  logika yang
                    menjadi paradigma  pada beberapa norma dan lembaga
                    hukumnya.
                       Berdasarkan  teori ‘de facto-de jure’ (anggapan-nyata-
                    hukum) ini,  maka  logika dan paradigma  penegakkan
                    hukumnya pun harus taat asas dengan pemikiran dasar teori
                    yang mencerminkan filosofi hukum Pancasila dan UUD 1945.
                    Maka disini diberikan beberapa contoh model penafsiran
   269   270   271   272   273   274   275   276   277   278   279