Page 278 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 278

Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum ....     251


                    sehingga  disebut ‘masyarakat hukum’ (rechtsgemeenschappen).
                       Bentuk konstruksi hukum ini pulalah yang diterjemahkan
                    kembali (reinterpreted)  dalam  Pancasila  dan  dilembagakan
                    kembali (reinstitutionalized) dalam Pasal 33 UUD 1945 dengan
                    Pasal  2 UU No. 5/1960  (UUPA) menjadi ‘hak menguasai
                    Negara’ disertai rincian  kekuasaan dan kewenangan dalam
                    tujuan  penggunaan  tanah  di  Indonesia.  Jadi  Negara RI,
                    dengan hak menguasainya, adalah pemegang ‘hak kepunyaan’
                    Negara,  sebagai penguasa tertinggi  dengan  kekuasaan dan
                    kewenangan mengatur penggunaan tanah agar hasilnya dapat
                    dinikmati oleh setiap Warga Negara, sehingga   meningkatkan
                    kesejahteraan   seluruh   warga   sebagai   Rakyat Indonesia.
               4.   Objek hak atas tanah:
                       Objek hak atas tanah adalah seluruh tanah dalam
                    wilayah kedaulatan hukum atau yurisdiksi  territorial  Negara
                    Indonesia.  Artinya,  semua jengkal tanah dalam wilayah
                    yurisdiksi hukum Negara RI, adalah objek kepemilikan tanah
                    oleh setiap WNI tanpa membedakan jenis kelamin laki-laki
                    dan perempuan,  untuk  memiliki   serta  mengusahakan
                    danmenikmati   hasilnya. Maka hanya WNI yang berkuasa
                    dan berwenang melakukan dua jenis perbuatan atau
                    tindakan hukum atas tanah sebagai  objek  hak yaitu
                    untuk  memiliki  dan memakainya.  WNA, tidak  memiliki
                    kekuasaan dan  kewenangan serupa.  Karena  WNA,  hanya
                    berwenang mendapatkan izin memakai tanah tanpa berkuasa
                    memilikinya  dengan  hak  milik.  Dengan  perkataan  lain,
                    terhadap  tanah  sebagai  objek  hak,  WNA  hanya  berhak
                    mempunyai  hak pakai,  bukan  hak  milik.  Maka  WNA,
                    tidak  berhak  melakukan  perbuatan hukum yang bersifat
                    mengalihkan hak milik  melalui perbuatan hukum jual beli
                    tanah,  dengan  akibat  hukum  jual belinya otomatis  dengan
                    sendirinya batal demi hukum (nietig eo ipso).
                       Perbuatan  atau  tindakan  hukum  subjek pemegang  hak
                    WNA atas tanah sebagai objeknya, melahirkan dua jenis
   273   274   275   276   277   278   279   280   281   282   283