Page 277 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 277

250     Herman Soesangobeng

                 mewujud-nyatakan hak abstrak  kedaulatan Negara., maka
                 disebut ‘corpus corporatum’. Kedua bentuk ‘pribadi atau badan
                 hukum’ yaitu Negara dan Pemerintah itu disebut juga ‘badan
                 hukum publik’ (corpus publicum). Sebagai subjek hukum, baik
                 pribadi hukum ‘sipil’ maupun ‘publik’, keduanya berhak secara
                 hukum menjadi pemegang hak milik dan menjadi pemilik
                 atas tanah; dalam hal ini Negara, menjadi pemegang hak
                 milik mutlak tertinggi (dominium eminens) karena  memegang
                 kedaulatan   hukum; sedangkan   Pemerintah,   dapat  menjadi
                 pemilik  hak  keperdataan untuk melaksanakan kedaulatan
                 hukum Negara dalam pelayanan publik kepada warga negara.
                    Karena hak milik, bertumbuh melalui suatu proses yang
                 dimulai dari penguasaan dan pendudukan, maka kepemilikan
                 ‘orang’ menjadi subjek pemegang haknya pun berbeda antara
                 orang pribadi (corpus) pemegang hak keperdataan (corpus
                 civilis)  dengan  pemegang  hak  kedaulatan  Negara (corpus
                 comitatus) dan pelaku pelaksana kedaulatan  Negara (corpus
                 corporatum) yaitu Pemerintah. Dalam hal ini, sesuai dengan
                 proses penguasaan dan pendudukan nyata oleh manusia yang
                 menguasai dan menduduki tanah, maka manusia sebagai
                 penduduk  yang mendiami tanah sebelum terbentuknya
                 badan hukum sipil dan publik, adalah ‘pemilik sebenarnya’
                 atas tanah.
                    Konsepsi hukum inilah dasar filosofis, untuk menetapkan
                 ajaran dalam hal ini ‘warga’ setelah terbentuknya ‘masyarakat
                 hukum’    (rechtsgemeenschappen)  adalah  pemilik  tanah
                 sebenarnya (originair eigenaar). Sedangkan persekutuan   hukum
                 adat,  sebagai organisasi kesatuan politik, hanya memnjadi
                 ‘penguasa tertinggi’ adalah ‘tuan’ yang mempunyai  atau
                 ‘empunya’  tanah dengan hak ‘kepunyaan’.  Hak kepunyaan
                 itu, hanya memberikan kewenangan hukum untuk mengatur
                 penyediaan, penggunaan, serta pemanfaatan tanah. Dengan
                 lain perkataan,  persekutuan hukum  adat,  hanya memiliki
                 hak mengatur hubungan keagrariaan untuk memberikan hak
                 agraria kepada  warga  yang  bersatu  menjadi  satu  masyarakat
   272   273   274   275   276   277   278   279   280   281   282