Page 332 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 332

Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum ....     305


                    model logika dan paradigma hukum bagi perumusan norma
                    maupun penegakkannya  dalam penyelesaian  sengketa. Akan
                    tetapi masalah  nyata dalam  praktek  yang  perlu  disadari,
                    agar  dapat  dilaksanakan  dengan  baik serta memenuhi
                    rasa keadilan masyarakat sebagai rakyat Indonesia, adalah
                    penentuan  strategi  penanganan  bagi perubahan status
                    hukum masyarakat hukum adat dengan hak-hak kepemilikan
                    tanahnya, seperti diuraikan berikut ini.
                       Keberadaan serta kedudukan hukum masyarakat hukum
                    adat beserta hak- hak  atas  tanahnya  dalam  NKRI,  tetap
                    diakui  dan  dihormati.  Akan  tetapi, sebagai bagian integral
                    dari  NKRI  dan warga persekutuan hukumnya yang sudah
                    bermetamorfose politik dan hukum menjadi WNI, harus pula
                    taat dan mematuhi semua hukum positif Negara NKRI, yang
                    filosofi dan jiwanya diterjemahkan  dari  filosofi,  asas  serta
                    ajaran  Hukum  Pertanahan  Adat Indonesia  (beschikkingsrecht)
                    yang diterapkan  dengan  menggunakan  teori ‘de facto-de jure’.

               8.    Bentuk  pengakuan keberadaan masyarakat hukum dan
                   hak tanah adat:
                       Perubahan  berupa  metamorphose  kesatuan  masyarakat
                    orang-orang Bumiputra   menjadi  Bangsa  dan  Negara
                    Indonesia,  berdampak  langsung  pada bentuk pengakuan
                    atas keberadaan  masyarakat  hukum  adat  bersama  hak-hak
                    atas tanahnya. Bentuk pengakuan itu, seharusnya  bukan
                    berupa pensahan norma dan lembaga hukum pertanahan adat
                    tradisional sebagaimana apa adanya, menjadi norma hukum
                    dalam sistim hukum positif Nasional  Indonesia;  melainkan,
                    harus  terlebih  dahulu  disesuaikan  dengan jiwa dan semangat
                    perubahan yang tercermin dalam filosofi Bangsa dan Negara,
                    serta pertumbuhan aspirasi rakyat sebagai WNI yang secara
                    hukum, adalah pemilik asal atau pemilik sebenarnya  seluruh
                    tanah dalam wilayah kekuasaan hukum Negara Kesatuan RI.
                       Hal  itu  terjadi,  karena  setelah  kemerdekaan,  orang
                    Bumiputra  langsung secara otomatis demi hukum (van
   327   328   329   330   331   332   333   334   335   336   337