Page 55 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 55

28     Herman Soesangobeng

                 Adat, Van Vollenhoven dan Ter Haar berpendirian bahwa asas
                 ‘e’ itu tidak dianut,  karena Hukum Adat justru menganut
                 ‘pemisahan horisontal’ (horizontaal scheiding).
                    Asas dan ajaran ‘f’, ‘g’ dan ‘h’, dianut sepenuhnya baik
                 pada hukum Komon maupun Sivil. Gabungan asas dan ajaran
                 ‘h’ dan ‘i’, pada hukum Komon dikembangkan menjadi asas
                 ‘n’  (litoral  land) dan ‘o’  (litoral  right).  Sedangkan  asas dan
                 ajaran ‘i’,  pada hukum Komon dikembangkan lebih lanjut
                 menjadi hak dalam asas dan ajaran ‘p’ yang disebut ‘riparian
                 right’. Asas dan ajaran ‘j’, ‘k’ dan ‘l’, pada hukum Komon
                 dianut dengan sebutan ‘encumbrances’ sedangkan hukum Sivil
                 Belanda menyebutnya ‘servituut’. Asas dan ajaran ‘m’,  pada
                 hukum Komon dianut dengan menyebutnya ‘adverse possession’,
                 dan hukum Sivil Belanda menyebutnya ‘verjaring’. Hukum
                 Adat,  menurut Ter Haar, sekalipun mengenal pengaruh
                 lamanya waktu, namun tidak merupakan lembaga untuk
                 melahirkan hak tertentu kepada pihak yang  bersangkutan,
                 sehingga hanya disebut ‘kadaluwarsa’ dalam adat Jawa. Jadi
                 umumnya asas maupun ajaran hukum pertanahan Romawi
                 (jus terra) dianut dan dijadikan asas-asas serta ajaran hukum
                 pertanahan negara-negara modern dunia yang dikuasai oleh
                 hukum Komon (common law) dan hukum Sivil (civiel law) 21.
                                                                    7
            14.  Pembentukan hukum pertanahan Romawi (jus terra):
                    Demikianlah  maka  pada  masa  pertumbuhan  hukum
                 Romawi,  pandangan serta pengaturan  hubungan manusia
                 sebagai subjek hukum (corpus) dengan tanah, diatur dalam
                 kumpulan peraturan  hukum yang disebut ‘jus terra’.
                 Pelaksanaan serta penegakkannya, adalah untuk menjamin
                 kepentingan  hukum  dan  hak  keperdataan  warga Negara
                 Romawi  (patrician),  untuk menjamin kesejahteraan  maupun
                 kemakmuran  hidup mereka yang secara struktur sosial,
                 terdiri  atas kaum  bangsawan (plebeian) dan  warga Negara

                7    John H. Merryman, The Civil Law Tradition: An Introduction to the
            Legal  System  of  Western  Europe  and  Latin America,  Standford,  California:
            Standford University Press, 1978.
   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60