Page 66 - Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum Pertanahan, dan Agraria
P. 66

Filosofi, Asas, Ajaran, Teori Hukum ....     39


                    bahwa pemilik tanah sebenarnya di Jawa adalah Raja.
                       Maka hasil penelitian  agraria  itu  menyarankan  bahwa
                    penguasa Belanda dapat menegaskan bahwa semua tanah
                    dalam  wilayah kekuasaan (territorial) yang mereka  kuasai,
                    dapat dinyatakan menjadi milik Negara. Dasar pertimbangan
                    logika hukumnya adalah karena pemilik  sebenarnya atas
                    tanah di  Jawa adalah Raja,  sementara  Raja  Jawa sudah
                    ditaklukkan  (gekonquesteert) oleh Belanda,  maka  berarti
                    tanahnya pun menjadi milik  Negara Belanda. Jadi dasar
                    teori anggapan tanah ‘daerah taklukan’, yang dalam ajaran
                    hukum Romawi disebut ‘agri limitati’ (tanah taklukan) dan
                    oleh penguasa Belanda disebut ‘gekonquesteert  gebied’,  itulah
                    yang dijadikan  alasan pengesahan hukum  (rechts titel)  bagi
                    kepemilikan Negara atas tanah di Jawa dan Madura. Alasan
                    konsep hukum ini pulalah yang kemudian dibakukan dalam
                    Pasal 1 Agrarisch Besluit 1870 (S. 1870 No. 118), menjadi
                    ajaran,  asas serta teori  ‘domeinverklaring’  (pernyataan hak
                    milik Negara).

               2.       Penegasan politik hukum agraria:
                       Meskipun telah terjadi  perubahan bentuk  kekuasaan
                    atas daerah jajahan, namun cita-cita dan praktek politik
                    agraria VOC tetap dipertahankan. Bahkan dipertegas  dasar
                    hukumnya   pada   1870   dengan  diterbitkannya   undang-
                    undang  khusus untuk  mengatur  perolehan, penggunaan
                    serta  pemanfaatan  tanah  bagi  pengusaha Belanda,  yang
                    dikenal dengan nama Agrarische Wet 1870 (S. 1870 No. 55).
                    Berlakunya Hukum Pertanahan BW pun masih diberlakukan
                    hanya   terhadap   warga  Negara  Belanda,   sementara   bagi
                    penduduk lainnya diberlakukan sesuai dengan politik hukum
                    pembedaan golongan  penduduk  yang  dibedakan  menjadi
                    golongan  penduduk   orang Eropah (Europeanen),  Timur
                    Asing (Vreemde Oosterlingen), dan Bumiputra  (Inlanders).
                    Politik diskriminasi hukum pertanahan ini berlangsung terus,
                    bahkan dipertegas sampai berdirinya Negara Hindia Belanda
   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70   71