Page 35 - Penegakan Hukum Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar
P. 35

egoisme sektoral kementerian/lembaga yang menangani masalah-masalah
            agraria yang mengakibatkan perbedaan dalam mengambil kebijakan/
            keputusan dan terjadinya benturan kewenangan dalam pelaksanaan dan
            kebijakan menangani masalah-masalah agraria.
                 UUPA sejatinya merupakan undang-undang yang isinya adalah
            ketentuan pokok tentang keagrarian, baik itu tanah, air, ruang angkasa,
            dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Akan tetapi dari
            67 pasal dalam UUPA, 53 pasal mengatur tentang tanah. Hal ini
            kemudian memicu lahirnya perundang-undangan baru yang merupakan
            pengejawantahan  pasal-pasal yang tidak diatur  secara spesifik  dalam
            UUPA. Undang-undang yang dimaksud seharusnya menjadi undang-
            undang yang mendukung UUPA sebagai undang-undang agraria,
            namun pada implementasinya, undang-undang tersebut menjadi
            undang-undang sektoral yang mengatur sendiri-sendiri dan menciptakan
            hukumnya sendiri. Kelahiran undang-undang sektoral dinilai sebagai
            alat untuk memenuhi kebutuhan pragmatis guna mengakomodasi
            pertumbuhan ekonomi.  34
                 Fakta-fakta di atas menunjukan masih terfragmentasinya sistem
            hukum negara di bidang agraria, gagasan dan tuntutan untuk melakukan
            harmonisasi, bahkan dalam tahap ekstrim melakukan penyatuan hukum
                                                  35
            agraria di bawah satu payung hukum.  Apabila penyatuan hukum
            pengelolaan agraria dalam satu payung hukum dapat terwujud akan
            memudahkan dalam pelaksaan reforma agraria.

            2.  UU No. 5 Tahun 1960
                   Sebelum terbitnya UUPA, sudah dilakukan tindakan mengenai
            tanah perkebunan yang tidak diusahakan kembali secara yang layak,
            tidak akan diperpanjang atau diperbaharui, dapat dibatalkan menjadi
            tanah negara, bebas dari semua hak-hak fihak ketiga yang membebani
            tanah itu, sebagaimana diatur dalam UU No. 29 Tahun 1956 tentang



            34   Muhammad Ilham  Arisaputra,  Acces Reform  Dalam Kerangka Reforma Agraria
                Untuk Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat, Disertasi Program Doktor Ilmu Hukum
                Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 2015, hlm xxi.
            35   Myrna  A.  Safitri  dan  Tristam  Moeliono,  (Penyuting), Hukum Agraria dan
                Masyarakat di Indonesia, (Jakarta, kerjasama HuMa, Van Vollenhoven Institute,
                KITLV, 2010), hlm 6.
            18  Penegakan Hukum Penertiban Dan Pendayagunaan Tanah Terlantar
   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40