Page 81 - Penegakan Hukum Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar
P. 81

Kesalahan prosedur dalam keputusan penetapan tanah terlantar
            bukan bersifat subtansi, hanya bersifat prosedur, misalnya tahapan-
            tahapan penertiban tidak dilakukan secara berurutan, kesalahan
            adminstrasi/surat menyurat yang tidak sesuai dengan format yang telah
            ditentukan, kesalahan tanggal surat, ada satu atau dua tahapan yang tidak
            dilaksanakan, walaupun secara subtansi tidak ada urgensinya seperti
            tidak adanya laporan dalam bentuk tertulis, ketidaksesuain pejabat yang
            melaksanakan tugas dengan surat tugas.
                 Seyogyanya dalam kasus-kasus seperti ini hakim berfikir progresif
            dapat mentoleransi pelanggaran prosedural asalkan tidak melanggar
            substansi keadilan dan kemanfaatan. Dengan kata lain, keadilan substantif
            bukan berarti hakim harus selalu mengabaikan norma peraturan, namun
            dengan keadilan substantif berarti hakim dapat mengabaikan peraturan
            yang tidak memberi rasa keadilan, tetapi tetap berpedoman pada formal-
            prosedural peraturan yang sudah memberi rasa keadilan sekaligus
            menjamin kepastian hukum.
                 Philipus M. Hadjon mengutarakan wewenang, prosedur dan
            substansi, ketiga aspek hukum merupakan landasan hukum untuk dapat
            dikatakan suatu ketetapan atau keputusan tersebut sah. Pertama, aspek
            wewenang  dalam  hal  ini  artinya  bahwa  pejabat  yang  mengeluarkan
            ketetapan tersebut memang mempunyai kewenangan sesuai dengan
            ketentuan yang berlaku untuk itu; kedua, aspek prosedur, berarti bahwa
            ketetapan atau keputusan tersebut dikeluarkan sesuai dengan tatacara
            yang disyaratkan dan bertumpu kepada asas keterbukaan pemerintah;
            ketiga, aspek substansi, artinya menyangkut  ketetapan atau keputusan.
            98   Alasan  gugatan  pada  dasarnya  adalah  persoalan  keabsahahan  dari
            keputusan tata usaha negara yang menyangkut wewenang, prosedur dan
                    99
            subtansi.  Aspek wewenang, Kepala BPN berwenang dalam membuat
            keputusan penetapan tanah terlantar dan dalam gugatannya para
            pengugat tidak mempermasalahkan kewenangannya. Permasalahannya
            pada aspek prosedur dan subtansi yang diuji di PTUN.



            98   Philipus, M Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, (Jogjakarta: Gadjah
                Mada University Press, 2008), hlm 326.
            99   Ibid, hlm 330.
            64  Penegakan Hukum Penertiban Dan Pendayagunaan Tanah Terlantar
   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86