Page 103 - Gerakan-gerakan Agraria Transnasional
P. 103
Petani Membuat Sejarah Sendiri
studi di Thailand menunjukkan bahwa sementara negara
mengalami peningkatan ekspor berasnya, petani tidak
mendapatkan keuntungan. Harga pertanian tidak
meningkat selama dekade terakhir. Stagnasi dalam
pendapatan riil telah disertai dengan kenaikan tajam
dalam beban hutang rumah tangga pedesaan. Singkat-
nya, ekspor lebih tidak mengarah ke peningkatan kese-
jahteraan petani. (Jacques-Chai Chomthongdi, dikutip
dalam LSM 2004).
Dengan menormalkan fenomena dari ‘harga pasar
dunia’, yang menarik perhatian adalah sistem subsidi
perusahaan sebagai dasar perdagangan yang dilakukan
WTO, gerakan kedaulatan pangan pada dasarnya telah
mengubah permasalahan agraria. Hal tersebut mengung-
kapkan peran negara (lembaga-lembaga multilateral) dalam
‘global forces’ yang menghasilkan tenaga kerja cadangan
dari petani yang terampas untuk proyek pengembangan
perusahaan, yang kemudian menghasilkan “produksi mas-
sal kantong-kantong pemukiman kumuh” (Davis 2006, 13).
Perbedaan Spasial
‘Perbedaan ruang’ dari gerakan petani transnasional
merujuk pada ontologisnya sehubungan dengan proyek
neoliberal. Seperti yang disarankan di atas, kedaulatan
pangan melibatkan gerakan secara kritis dengan infra-
struktur politik neoliberal kapitalisme, dan mendenatura-
lisasi narasi pasar sebagai prakondisi untuk mengurai-
kan sebuah narasi alternatif. Ini adalah tantangan untuk
melihat terbentuknya modal di dalam relasi-relasi penun-
dukannya, bukan dalam ucapan-ucapannya (cf. Beverley
2004), yang membuatnya menjadi ontologi agraria yang
berbeda. Dimensi spasial menyangkut menempatkan ulang
masalah agraria sebagai pusat—bukan sebagai tontonan
politik dalam budaya politik industrialisasi, tetapi sebagai
89