Page 104 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 104
Relasi Kuasa dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan 95
(menonton) kegiatan panen di Desa Prigelan, yang dilakukan oleh
orang-orang dari luar Desa Prigelan.
Penjelasan Mardiyono tentang lepasnya bidang tanah dari
tangan para petani di Desa Prigelan memperlihatkan adanya
rasionalitas berpikirnya yang sederhana. Meskipun nampak
sederhana, rasionalitas ini penting untuk disikapi, karena kalau
bidang tanah di Desa Prigelan dapat dibeli oleh orang luar desa,
maka saat panen orang-orang dari luar Desa Prigelan berkesempatan
untuk membawa buruhnya sendri. Akibatnya, penduduk asli atau
para petani di desa ini hanya akan menjadi penonton, dan hidupnya
semakin jauh dari kesejahteraan.
Oleh karena itu, ketegasan kepala desa seperti Jumari diperlukan
oleh para petani di Desa Prigelan. Ketegasan ini akan memaksa
semua pihak (pendatang, penduduk asli, dan penduduk di luar
Desa Prigelan) untuk berproses melakukan adaptasi, atas strategi
pemilikan tanah yang diterapkan oleh Pemerintah Desa Prigelan.
Ketika proses berlangsung, semua pihak berupaya untuk mengetahui
hal-hal yang belum ia ketahui, agar ia dapat beradaptasi terhadap
kebijakan yang diterapkan di Desa Prigelan.
Berbeda dengan pandangan Jumari dan Mardiyono, Bambang
Herlambang (Ketua Kelompok Tani “Wonodadi” Dusun Gamblok)
mengkritik strategi pemilikan tanah yang melarang orang luar Desa
Prigelan membeli bidang tanah di Desa Prigelan. Menurut Bambang
Herlambang strategi ini menyulitkan warga Dusun Gamblok yang
karena letaknya yang “nggamblok” (menempel di sisi Barat), kadang
terlupakan dalam hal penerimaan bantuan yang disalurkan oleh
Pemerintah Desa Prigelan.
Bantuan bagi petani Desa Prigelan yang seringkali tidak
sampai ke Dusun Gamblok menyebabkan hubungan petani di
Dusun Gamblok, kadang-kadang tidak harmoni dengan Gabungan