Page 105 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 105
96 Aristiono Nugroho, Suharno, dan Tullus Subroto
Kelompok Tani Desa Prigelan. Oleh karena itu, para petani Dusun
Gamblok membutuhkan waktu yang lebih lama, untuk memahami
dan mengadopsi strategi pertanahan, khususnya strategi pemilikan
tanah. Hal yang merupakan konsekuensi atas kurang harmoninya
relasi ini, selanjutnya berakibat pada lambannya perubahan yang
terjadi di Dusun Gamblok. Meskipun begitu, Ketua Kelompok
Tani “Wonodadi” Dusun Gamblok menjelaskan, bahwa para petani
Dusun Gamblok tetap bersemangat menggarap tanahnya, untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya.
Untuk membuktikan tingginya semangat petani Dusun
Gamblok, Bambang Herlambang memberi kesaksian, bahwa jumlah
anak yang menempuh pendidikan tinggi hanya sedikit. Saat ini
baru ada dua keluarga yang mampu menyekolahkan anaknya ke
pendidikan tinggi. Hal ini disebabkan sulitnya kepala keluarga di
Dusun Gamblok dalam memenuhi biaya anaknya ke pendidikan
tinggi. Bila mereka ingin menjual tanahnya mengalami kesulitan,
karena orang luar Desa Prigelan tidak boleh membeli tanah di Desa
Prigelan, sedangkan orang Prigelan tidak ada yang mau membeli
tanah dengan harga yang ditawarkan.
Oleh karena itu, untuk mengatasi kebutuhan keluarga yang
terus meningkat, para petani Dusun Gamblok mengoptimalkan
pekarangan dengan menanam kelapa, albasia, dan cabai. Walaupun
begitu tetap saja mereka belum mampu memenuhi kebutuhan
keluarganya, apalagi untuk menyekolahkan anaknya ke pendidikan
tinggi. Keinginan yang sekaligus merupakan kebutuhan petani
Dusun Gamblok tertahan oleh strategi pemilikan tanah, sehingga
menimbulkan ketidak-pastian tentang cara mereka memenuhi
kebutuhannya tersebut. Akibatnya para petani Dusun Gamblok
hanya mampu mengakui adanya kesulitan, yang mereka tidak
mampu menyelesaikannya.