Page 114 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 114
Relasi Kuasa dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan 105
dan para ketua kelompok tani di Desa Prigelan memberi arahan,
penjelasan, dan permintaan tentang hal tersebut kepada masyarakat
Desa Prigelan, khususnya para petani di desa ini.
Arahan, penjelasan, dan permintaan dikemas dalam
bentuk bujukan atau persuasi agar para petani tetap berkenan
mempertahankan penggunaan tanah pertanian, terutama sawah
yang mereka miliki. Interaksi antara Kepala Desa Prigelan, Ketua
Gapoktan “Mekar Sari” Desa Prigelan, dan para ketua kelompok tani
di Desa Prigelan dengan para petani menghasilkan pengetahuan
bagi para petani tentang pentingnya penggunaan tanah sawah bagi
eksistensi petani. Proses belajar yang seringkali memadukan antara
format formal dan tidak formal ini berhasil memberi rangsangan
bagi petani untuk mendukung strategi penggunaan tanah.
Berbeda dengan Gapoktan “Mekar Sari” Desa Prigelan yang
mendukung strategi penggunaan tanah yang diterapkan Pemerintah
Desa Prigelan, kaum muda Desa Prigelan cenderung mengabaikan
strategi ini. Kesadaran agraris mulai sirna dari alam pikir kaum muda,
yang tergoda oleh bujuk-rayu kota besar, seperti: Jakarta, Bandung,
dan Surabaya. Hal ini diungkapkan oleh Wagiyo (Ketua Karang
Taruna Desa Prigelan) dengan menjelaskan, bahwa kaum muda di
desanya lebih senang merantau ke kota-kota besar. Meskipun ada
sebagian yang gagal merantau atau gagal di perantauan, dan akhirnya
tinggal di Desa Prigelan. Mereka ini sebagian melanjutkan profesi
orang tuanya sebagai petani, dan sebagian lagi ada yang membuka
usaha pertanian, seperti pembibitan albasia, manggis, dan lain-lain.
4. Pemanfaatan Tanah
Pemerintah Desa Prigelan menerapkan strategi pemanfaatan
tanah berupa optimalisasi bidang-bidang tanah yang ada di Desa
Prigelan. Wujud strategi ini berupa pemanfaatan tanah bagi usaha