Page 51 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 51
42 Aristiono Nugroho, Suharno, dan Tullus Subroto
Berdasarkan kekuasaan yang ada padanya Pemerintah Desa Prigelan
menerapkan strategi pertanahan, khususnya strategi penguasaan
tanah, untuk mengatasi lemahnya kepemilikan tanah para petani.
Strategi penguasaan tanah memberi kesempatan para petani yang
tidak memiliki tanah sawah, untuk menggarap tanah sawah milik
orang lain dan menikmati hasil pertaniannya, bagi pemenuhan
kebutuhan diri dan keluarganya.
Otoritas Pemerintah Desa Prigelan tidak diragukan, karena
kekuasaan yang dimilikinya bersifat resmi dan legitimate. Kekuasaan
Pemerintah Desa Prigelan digunakan untuk mempersatukan berbagai
kepentingan petani, yang sesungguhnya memiliki kemajemukan
(heterogenity) atau perbedaan (diversity). Sebagai contoh ada
sebagian petani yang menolak larangan bagi orang luar Desa Prigelan
membeli bidang tanah di Desa Prigelan, karena adakalanya mereka
memerlukan dana untuk keperluan sekolah anaknya ke perguruan
tinggi. Sementara itu, ada sebagian petani lainnya yang mendukung
larangan tersebut, karena ia tidak ingin bidang-bidang tanah di desa
ini dikuasai orang dari luar desa. Oleh karena itu, dalam strategi
pertanahan ada berbagai perbedaan (hibridity) yang perlu disikapi
secara arif oleh Pemerintah Desa Prigelan.
Dengan menggunakan kekuasaan, Pemerintah Desa Prigelan
telah berupaya mempertemukan kepentingan para petani yang
beraneka-ragam, dalam bingkai kepentingan bersama. Untuk
perangkat desa yang berperan sebagai “agen” power over relation
melakukan mobilisasi sumberdaya dengan cara melakukan tindakan
atau proses pengalihan motif yang kuat dalam menerapkan strategi
pertanahan, dari Pemerintah Desa Prigelan kepada para petani.
Proses ini sangat diperlukan bagi upaya mempertahankan dan
meningkatkan kondisi sosio-ekonomi, dengan cara melestarikan
penerapan strategi pertanahan.