Page 54 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 54
Relasi Kuasa dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan 45
Ketika strategi pertanahan diterapkan di Desa Prigelan, maka
tentu saja masih ada pengabaian, penolakan, atau konflik yang
berpotensi terjadi di desa ini. Tetapi Pemerintah Desa Prigelan
optimis, bahwa konflik yang terjadi dapat diarahkan pada konsensus,
karena: Pertama, pemaknaan tanah oleh stakeholders relatif tidak
berbeda, karena muara makna tanah menurut pemerintah desa,
petani, kelompok tani, dan gabungan kelompok tani terletak pada
terwujudnya suatu keadilan, kesejahteraan, dan harmoni sosial.
Kedua, hak dan akses atas tanah relatif tidak bermasalah, karena
ada upaya memberi akses bagi petani yang tidak memiliki tanah
sawah, sehingga terbuka akses terhadap keuntungan dan nilai-nilai
pertanahan. Ketiga, kontestasi antar aktor relatif halus, karena
pemerintah desa, petani, kelompok tani, dan gabungan kelompok
tani disibukkan oleh keinginan mereka untuk mewujudkan keadilan,
kesejahteraan, dan harmoni sosial berbasis tanah.
Optimisme Pemerintah Desa Prigelan cukup rasional, sebab
didukung fakta bahwa telah terjadi transmisi sosial yang baik di
desa ini. Tepatnya, telah terjadi pengalihan motif yang kuat dari
generasi ke generasi dalam hal strategi pertanahan, sebagai upaya
meningkatkan kesejahteraan petani, melalui penguasaan tanah
yang adil dan mampu menciptakan harmoni sosial. Transmisi sosial
dibangun melalui komunikasi antar personal yang memberi dampak
positif, berupa dukungan bagi penerapan strategi pertanahan, mulai
dari pembuatan keputusan hingga penyebaran ide dan difusi budaya.
Dengan demikian transmisi sosial telah mendukung
keberlanjutan strategi pertanahan, dan mengkonstruksi komunikasi
yang baik antara Pemerintah Desa Prigelan dengan segenap
stakeholders strategi pertanahan, sehingga konsensus menjadi
sesuatu yang prospektif dan realistis. Konsensus antara Pemerintah
Desa Prigelan, petani, kelompok tani, dan gabungan kelompok