Page 52 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 52
Relasi Kuasa dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan 43
Penerapan strategi pertanahan secara konsisten, tetapi tetap
mengedepankan kearifan dalam pelaksanaannya, merupakan
salah satu cara mereduksi gejolak di Desa Prigelan. Kebudayaan
masyarakat yang bercorak agraris (pertanian) adalah landasan yang
paling kokoh, ketika Pemerintah Desa Prigelan berusaha konsisten
menerapkan strategi pertanahan. Oleh karena itu, power over relation
yang dijalankan Pemerintah Desa Prigelan relevan dengan budaya
agraris yang masih mendominasi kehidupan masyarakat di desa ini.
Power over relation memberi kesempatan pada Pemerintah Desa
Prigelan untuk menerapkan strategi pertanahan yang bersesuaian
dengan perspektif sosio-legitimasi (keabsahan), sosio-ekologi
(konservasi), dan sosio-ekonomi (kesejahteraan).
Kemampuan power over relation memobilisasi sumberdaya
telah ditunjukkan melalui pengalihan motif strategi pertanahan
dari Pemerintah Desa Prigelan kepada para petani, sehingga para
petani merasa bahwa strategi pertanahan merupakan ide dan
kepentingannya. Pengalihan motif juga meliputi berbagai substansi
yang terkait dengan konten atau isi dan konteks strategi pertanahan,
sehingga para petani dapat dengan kuat memperjuangkan penerapan
strategi pertanahan.
Tetapi tidak boleh dilupakan, bahwa penerapan power over
relation oleh Pemerintah Desa Prigelan, membuka peluang
terjadinya konflik di desa ini. Hanya saja konflik yang terjadi
tidaklah terbuka, karena kultur masyarakat Desa Prigelan yang
mengutamakan “guyub”. Perbedaan pendapat disampaikan
secara halus dan pada momen yang paling memungkinkan, yaitu
pertemuan warga desa. Oleh karena sejak awal konflik dikemas
secara halus, maka konflik tidak akan pernah berada dipuncak dalam
bentuk “kemacetan” diskusi (dialog). Kemasan halus membuat
konflik lebih mudah menurun dan menuju tahap pengurangan (de-