Page 55 - Relasi Kuasa: Dalam Strategi Pertanahan di Desa Prigelan
P. 55
46 Aristiono Nugroho, Suharno, dan Tullus Subroto
tani merupakan cara mereka memahami situasi dan kondisi sosial,
ekonomi, dan ekologi desa ini. Bagi mereka ada hal yang perlu
mendapat perhatian bersama, yaitu pemenuhan kebutuhan para
petani dan keluarganya.
Rentang proses interaksi antar elemen Desa Prigelan
mengarahkan mereka pada sikap tenggang rasa yang tinggi terhadap
segenap “perjuangan” lintas generasi yang telah dilakukan. Segenap
elemen bersikap terbuka (open minded) terhadap berbagai kritik dan
masukan yang terkait dengan strategi pertanahan, sehingga semakin
mengokohkan harmoni komunikasi antar mereka, dan sekaligus
berhasil meniadakan penghalang komunikasi (communication
barriers).
Proses sosial ini berhasil mempertemukan kepentingan multi
pihak, yang pada akhirnya setuju untuk mendukung penerapan
strategi pertanahan, meskipun ada beberapa perbaikan sebagai
konsekuensinya. Dengan demikian interaksi antar elemen Desa
Prigelan telah memperlihatkan adanya transmisi sosial di desa ini,
yang dimanfaatkan sebagai alat pemberdayaan petani dari generasi
ke generasi. Pengalihan motif strategi pertanahan berlangsung
dari penggagas strategi ini tahun 1947-an kepada para tokoh desa
berikutnya, yang pada intinya bermuatan keadilan, kesejahteraan,
dan harmoni sosial.
Pengamatan dan pembelajaran menjadi andalan para tokoh
desa, dalam mengembangkan dan menerapkan strategi pertanahan,
agar dapat membantu para petani menjalani kehidupannya di Desa
Prigelan. Para tokoh desa yang umumnya adalah Kepala Desa Prigelan
dari masa ke masa memanfaatkan kekuasaan yang ada padanya,
untuk menjamin keberhasilan penerapan strategi pertanahan.
Berbekal kewenangan yang ada padanya, para Kepala Desa Prigelan
menerapkan power over relation untuk memobilisasi sumberdaya.